Pengertian Stres
Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200).
Stres yang terlalu besar dapatmengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya. Sebagaihasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai
macam gejala stress yangdapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat
juga membantu ataufungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak
prestasi kerja. Secarasederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi
untuk mendorong ataumengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar
tingkat stres yang dialamioleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202).
Pengertian Stres Kerja
Definisi stres
kerja menurut organ & King (1986) adalah suatu keadaanyang bersifat
internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dansituasi
sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Masalah-masalah
tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang
terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksiantara seorang
karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya. Di dalam membicarakanstres kerja ini
perlu terlebih dahulu mengerti pengertian stres secara umum.Dalam bekerja
hampir setiap orang mempunyai stres yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
MenurutBeer dan Newman
1978 ( Dalam
Sutarto Wijono,2010:121) stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat
interaksi antara individudengan pekerjaan mereka, dimana terdapat
ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang
terjadi dalam perusahaan
Cooper (1994)
jugamengatakan bahwa stres kerja juga didefinisikan sebagai tanggapan atau
prosesinternal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan
psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan pegawai
Jenis-Jenis Stres
Quick dan Quick
(1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1)
Eustress, yaitu hasil
dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif
(bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga
organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2)
Distress, yaitu hasil
dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif
(bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran
(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan,
dan kematian.
2.4 Stresor
Stressor adalah
faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stress. Dengan kata lain, stresor
adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stres. Gambar di atas menunjukkan
empat jenis utama stresor yaitu individual, kelompok, organisasi dan diluar
organisasi.
1)
Tingkat Individual
Stressor
tingkat individual adalah stressor yang berkaitan secara langsung dengan
tugas-tugas kerja seseorang. Contoh stressor yang paling umumadalah tuntutan
pekerjaan, kelebihan beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran, kerepotan
sehari-hari, pengendalian yang dirasakan atas peristiwa yang muncul dalam
lingkungan kerja, dan karakteristik pekerjaan.
Para
manajer dapat membantu mengurangi stressor ini dengan memberikan arahan dan
dukungan dan secara adil mengalokasikan penugasan pekerjaan di dalam unit
kerja. Akhirnya, keamanan kerja adalah stressor tingkat individual yang penting
untuk dikelola karena berkaitan dengan meningkatnya kepuasan kerja, komitmen
organisasi, dan kinerja, dan hal ini sedang mengalami penurunan.
2)
Tingkat Kelompok
Stressor
tingkat kelompok disebabkan oleh dinamika kelompok dan perilaku manajerial.
Para manajer menciptakan stress pada karyawan dengan:
·
menunjukkan perilaku yang tidak konsisten
·
gagal memberikan dukungan
·
menunjukkan kekurangpedulian
·
memberikan arahan yang tidak memadai
·
menciptakan suatu
lingkungan dengan produktivitas yang tinggi
·
memfokuskan pada hal-hal
negatif sementara itu mengabaikan kinerja yang baik
3)
Tingkat Organisasi
Stresor organisasi mempengaruhi
sebagian besar karyawan. Sebagai contoh, sebuah lingkungan dengan tekanan yang
tinggi menempatkan permintaan kerja yang terus-menerus pada karyawan akan
menyalakan respon stres. Sebaliknya penelitian menyediakan dukungan awal untuk
gagasan bahwa manajemen partisipatif dapat mengurangi stres organisasional.
Meningkatnya penggunaan teknologi informasi merupakan suatu sumber lain dari
stres organisasional.
Sebagai tambahan atas beberapa
jenis stresor ini, sebagian orang juga fobia terhadap teknoligi. Akhirnya,
desain kantor dan lingkungan umum kantor merupakan stresor tingkat
organisasional yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa penerangan yang
buruk, suara yang bising, penempatan perabot yang tidak tepat, dan suatu
lingkungan kotor atau bau akan menciptakan stres.
4)
Ekstraorganisasional
Stresor diluar organisasi (extra
organizational stressors) adalah stressor yang disebabkan oleh faktor di luar
organisasi. Sebagai contoh, konflik yang berkaitan dengan penyeimbangan
kehidupan karier dan keluarga seseorang sangatlah membuat stress. Status sosial
ekonomi adalah stresor ekstra organisasional yang lain. Stres yang lebih tinggi
terjadi pada orang-orang dengan status sosial ekonomi lebih rendah, yang
menggambarkan suatu kombinasi dari:
·
Status ekonomi,
sebagaimana diukur dengan pendapatan
·
Status
sosial, yang dinilai dengan tingkat pendidikan
·
Status kerja, sebagaimana
diindekskan oleh pekerjaan.
Hubungan Stres Kerja dan Kinerja Karyawan
Higgins (dalam Umar, 1998: 259) berpendapat
bahwa terdapat hubungan langsung antara stres dan kinerja, sejumlah besar riset
telah menyelidiki hubungan stres kerja
dengan kinerja disajikan dalam model stres – kinerja (hubungan U terbalik)
yakni hukum Yerkes Podson (Mas’ud,
2002:20). Pola U terbalik tersebut
menunjukkan hubungan tingkat stres (rendah-tinggi) dan kinerja
(rendah-tinggi). Bila tidak ada stres,
tantangan kerja juga tidak ada dan kinerja cenderung menurun. Sejalan dengan meningkatnya stres,
kinerja cenderung naik, karena stres membantu
karyawan untuk mengarahkan segala sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja, adalah suatu rangsangan
sehat yang mendorong para karyawan untuk
menanggapi tantangan pekerjaan. Akhirnya stres mencapai titik stabil yang kira-kira sesuai dengan kemampuan prestasi
karyawan. Selanjutnya, bila stres menjadi
terlalu besar, kinerja akan mulai menurun karena stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan
kemampuan untuk mengendalikannya. Akibat
yang paling ekstrem adalah kinerja menjadi nol,
karyawan, menjadi tidak kuat lagi bekerja, putus asa, keluar atau
menolak bekerja untuk menghindari stres.
Hubungan Semangat kerja dan kinerja karyawan
Semangat kerja akan mempengaruhi kinerja
karyawan. Hal ini seperti dikemukakan
oleh Hasibuan (2003:94) : “Semangat
kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta
berdisiplin untuk mencapai prestasi
kerja yang maksimal. Semangat kerja ini akan merangsang seseorang untuk berkarya dan berkreativitas
dalam pekerjaannya”. Dari pendapat
diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan semangat kerja yang tinggi maka kinerja karyawan
akan meningkat karena para karyawan akan
dapat bekerja sama dengan individu lainnya secara maksimal sehingga pekerjaan lebih cepat, kerusakan
berkurang, absensi dapat diperkecil, perpindahan
karyawan dapat diperkecil dan sebagainya. Begitu juga sebaliknya, jika semangat kerja turun maka kinerja akan
turun juga. Jadi dengan kata lain semangat kerja akan berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Dampak
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999).
Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja
saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak
dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi,
dan sebagainya.
Sedangkan
Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat
stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan
keputusan.
Penelitian yang
dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76 sampel manager dan
mandor di perusahaan swasta menunjukkan
bahwa efek stres yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
v Efek pada fisiologis mereka, seperti:
jantung berdegup kencang, denyut jantung meningkat, bibir kering, berkeringat,
mual.
v Efek pada psikologis mereka, dimana mereka
merasa tegang, cemas, tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi,
ingin meninggalkan situasi stres.
Bagi
perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah
meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara
psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi,
hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins,
1993).
Stres
dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh
dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini
bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan
sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke
cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan.
Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang
solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres
dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres
dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan
baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau
bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen)
hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat
(Margiati, 1999:76).
pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua
pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
1.
Pendekatan Individual
Seorang
karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik,
latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka
seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan
kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh
agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain
itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan
santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan
roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan
saran-saran bagi dirinya.
2.
Pendekatan Organisasional
Beberapa
penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat
diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen
untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan,
penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,
komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut
akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya
dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat
lagi yang dapat digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat
yang di kemukakan oleh Alex:
1)
Sediakan
waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang
berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi, sebelum Anda berangkat kerja.
Daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak ada solusinya), lebih baik
digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut untuk melakukan relaksasi seperti
meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik relaksasi yang paling mudah
untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan
sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai
membayangkan beban Anda berkurang.
2)
Bersikap
lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan
berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan.
Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang tugas Anda dan tanggungjawab
tambahan yang ingin Anda pegang. Dengan demikian, Anda bisa menentukan
pekerjaan yang bisa Anda lakukan dengan cara kerja seperti yang diinginkan
perusahaan.
3)
Bekerja
lebih efisien
Selalu kekuragan waktu untuk
menyelesaikan tugas bisa jadi buka disebabkan tugas yang berlebihan, melainkan
menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex memberikan contoh seorang
wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa tertekan jika memaksakan
diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya, sebaiknya pekerjaan
dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam hari menyelesaikan
tulisan. Untuk bekerja secara
lebih efisien. Anda juga harus trampil menentukan prioritas. Adanya urutan
prioritas dapat membantu Anda mengatur strategi.
4)
Tingkatkan
energi dengan tidur
“Ketika lelah, Anda lebih mudah
merasa stres karena hal-hal yang sepele,” demikian tulis Camile Anthony dalam
“The Art of Napping at Work” (1999). Kesalahan juga akan membuat perhatian Anda
menurun sehingga mudah melakukan kesalahan. Dalam keadaan demikian, Alex
menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama
manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor (tentu
saja di luar waktu shalat) atau mobil Anda untuk tidur. Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu
lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir.
Yang penting, tingkatkan energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur
selama 30 menit atau kurang, menurut Anthony akan meningkatkan mood dan rasa
humor sehingga memperbaiki hubungan Anda dengan rekan kerja. Anthony
menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai
tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah ketika bangun.
5)
Atur
lingkungan kerja
Bagaimana kondisi kerja Anda?
Apakah meja kerja Anda berantakan atau ruangan kerja selalu dipenuhi asap
rokok? Hati-hati karena hal-hal yang tampaknya sepele tersebut karena dapat
mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan Anda. Jika tidak memungkinkan
mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada baiknya Anda memulainya
dari meja Anda. Dalam feng shui, seni tata ruang dari Tiongkok, tempat kerja
yang teratur menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama maja, dari
tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas Anda dalam map dan dalam kotak
file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan mengubah letak kursi
sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan Anda. Jika
memungkinkan pindahkan meja sehingga Anda dapat bekerja dengan cahaya alami
dari luar (matahari).
6)
Kembangkan
pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci
untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan minuman yang bisa menurunkan stres
yaitu makanan yang banyak mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan
dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur.
Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan badan tapi juga memperbesar
kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas paru-paru sehingga mampu
menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggal di dalam darah
yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh Anda akan berpikir lebih jenuh.
7)
Tingkatkan
ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk
mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda merasa kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya
melalui buku-buku atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota.
Jika Anda mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan
ketrampilan akan membuat Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.
8)
Lupakan
pekerjaan saat libur
Membawa laptop saat liburan
keluarga? Tinggalkan saja kebisaan itu. Liburan sebaiknya benar-benar digunakan
untuk istirahat. Berlibur atau santai bukan berarti membuang waktu. Selain
mmeberikan energi tambahan yang akan membuat Anda lebih kreatif, berlibur
bersama akan mempererat hubungan Anda dengan keluarga.
9)
Pekerjaan bukan segalanya
Bekerja
memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk aktualisasi diri. Tapi di luar pekerjaan, masih banyak
kegiatan lain yang dapat menimbulkan perasaan berguna bagi Anda. Dengan
mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres Anda di tempat pekerjaan akan
berkurang. Anda dapat menyakinkan diri bahwa walaupun Anda tidak bisa
memperbaiki keadaan di tempat kerja, Anda bisa mengendalikan hal-hal penting
lainnya dalam kehidupan Anda. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan Anda
sendiri adalah harta tak ternilai. (solusisehat.net)