Minggu, 23 Desember 2012

Employee’s Obligation to the Firm (Kewajiban Karyawan Terhadap Perusahaan)



Semua manusia tidak akan bisa lepas dari masalah etika, bila disadari secara jujur. Apalagi sebuah perusahaan yang  tidah berdiri sendiri, yang mempekerjakan banyak tenaga kerja, bila tidak hati – hati dalam mengelola dapat merugikan semua pihak, tidak hanya perusahaan tapi juga pekerjaan masyarakat.
Pada jaman sekarang masalah etika bisnis sangatlah penting untuk diperhatikan karena menyangkut perilaku jujur dan bermoral karena ada kaitanya dengan manusia. Dalam setiap langkah bisnis, apabila pekerja dan pengusaha selalu memperhatikan hak dan kewajiban masing – masing yang tidak menyimpang dari kepentingan bersama dalam arti tidak melanggar etika maka semua akan dapat survive terus.

Dalam melakukan kegiatan operasional sehari-hari, karyawan memiliki kewajiban terhadap perusahaan. Begitu pula sebaliknya, perusahaan juga memiliki kewajiban terhadap karyawan.Ada tiga kewajiban karyawan yang penting. Yaitu kewajiban ketaatan, kewajiban konfidensialitas, dan kewajiban loyalitas.

Selain membebani karyawan dengan berbagai kewajiban terhadap perusahan, suatu perusahaan juga berkewajiban untuk memberikan hak-hak yang sepadan dengan karyawan. Perusahaan hendaknya tidak melakukan praktik-praktik diskriminasi dan eksploitasi terhadap para karyawannya. Perusahaan juga harus memperhatikan kesehatan para karyawannya, serta perusahaan hendaknya tidak berlaku semena-mena terhadap para karyawannya.

Hak-hak yang diterima karyawan hendaknya sesuai dengan kontribusinya ke perusahaan. Karyawan yang berprestasi diberi haknya berupa bonus atau penghargaan yang membuat karyawan terpacu untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kinerjanya. Dengan begitu tercipta hubungan timbak balik yang baik antara perusahaan dan karyawan.

Sementara perusahaan hanya dipandang sebagai tempat bekerja, dan kewajiban karyawan hanyalah bekerja dan mengikuti peraturan yang berlaku di perusahaan tersebut, dan tentu saja harus mendapatkan hak-nya sesuai kesepakatan.Jika ada kewajiban lain yang harus dilakukan dan diluar kesepakatan, maka harus ada kompensasi atau benefit tambahan, misalnya jika harus bekerja lembur maka harus mendapatkan upah tambahan. Dari sudut pandang ini, karyawan berharap mereka dianggap sebagai partner oleh perusahaan dan bersama dengan stake holder/pemilik kepentingan lainnya (customer, supplier, pemegang saham, lingkungan dan masyarakat sekitar) dianggap sama dan penting.

Dalam perusahaan, karyawan sering bertindak berdasarkan perintah atasan mereka. Perusahaan biasanya memiliki struktur yang lebih tinggi ke level yang lebih rendah. Jadi, siapakah yang harus bertanggung jawab secara moral ketika seorang atasan memerintahkan bawahannya untuk melakukan tindakan yang mereka ketahui salah.

Orang kadang berpendapat bahwa, ketika seorang bawahan bertindak sesuai dengan perintah atasannya yang sah, dia dibebaskan dari semua tanggung jawab atas tindakan itu. Hanya atasan yang secara moral bertanggung jawab atas tindakan yang keliru, bahkan jika bawahan adalah agen yang melakukannya. Pendapat tersebut keliru, karena bagaimanapun tanggung jawab moral menuntut seseorang bertindak secara bebas dan sadar, dan tidak relevan bahwa tindakan seseorang yang salah merupakan pilihan secara bebas dan sadar mengikuti perintah. Ada batas-batas kewajiban karyawan untuk mentaati atasannya. Seorang karyawan tidak mempunyai kewajiban untuk mentaati perintah melakukan apapun yang tidak bermoral.

Dengan demikian, ketika seorang atasan memerintahkan seorang karyawan untuk melakukan sebuah tindakan yang mereka ketahui salah, karyawan secara moral bertanggung jawab atas tindakan itu jika dia melakukannya. Atasan juga bertanggung jawab secara moral, karena fakta atasan menggunakan bawahan untuk melaksanakan tindakan yang salah tidak

 Sekali lagi bahwa dalam bisnis modern yang penuh persaingan ketat, para pengusaha menyadari bahwa pengakuan, penghargaan dan jaminan atas hak – hak pekerja dalam jangka panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena jaminan atas hak – hak pekerja pada akhirnya berpengaruh langsung secara positif atas sikap, komitmen, loyalitas, produktivitas dan kinerja setiap pekerja.

Sabtu, 22 Desember 2012

Perlindungan Konsumen



Ada dua jenis perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu :
1. Perlindungan Priventif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut akan membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau jasa tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli atau menggunakan atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu tersebut.

2. Perlindungan Kuratif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu, serta tidak boleh dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian.

Tujuan perlindungan konsumen diantaranya adalah :
  • Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.
  • Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan jasa.
  • Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
  • Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
  • Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
  • Meningkatkan kualitas barang dan jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.
Asas-asas dalam perlindungan konsumen yaitu :
  • Asas Manfaat.
Untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
  • Asas Keadilan.
Agar partisipasi seluruh masyarakat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
  • Asas Keseimbangan.
Untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materil atau pun spiritual.
  • Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen.
Untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa yang digunakan.
  • Asas Kepastian Hukum.
Agar baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Sebelum terbentuknya undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini, telah ada beberapa undang-undang yang materinya lebih khusus dalam melindungi kepentingan konsumen dalam satu hal, seperti undang-undang yang mengatur mengenai hak-hak atas kekayaan intelektual yaitu tentang Paten, Merek dan Hak Cipta. Perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar hak atas kekayaan intelektual tidak diatur dalam undang-undang tentang Perlindungan Konsumen, karena hal itu sudah diatur dalam undang-undang yang khusus antara lain undang-undang tentang Paten dan Merek.
Undang-undang Perlindungan Konsumen merupakan aturan yang umum, oleh karenanya apabila telah ada aturan yang khusus mengenai suatu hal misalnya undang-undang yang khusus mengatur tentang perbankan yang mencakup aturan tentang perlindungan konsumen bidang perbankan maka undang-undang perbankanlah yang digunakan.

Hak – Hak Konsumen
1.      Hak atas Keamanan
Konsumen berhak mendapatkan kenyamanan, keselamatan, dan keamanan terhadap barang atau jasa yang ditawarkan. Termasuk cara barang atau jasa tersebut sampai dan digunakan oleh konsumen.

2.      Hak atas Informasi
Konsumen berhak mengetauhi segala informasi yah relevan mengenai produk yang dbelinya baik bahan baku, cara penggunaan, resiko dan aspek aspek yang secara etis harus iketauhi oleh konsumen. Menurut Bartens (2000: 229) hak ini meliputi segala aspek pemasaran, periklanan,. Semua informasi yang disebytkan pada label ebuah produk haruslah nemar isinya, berat, tanggal kadaluarsa , ciri ciri khusus ,dsb. Informasi yang relevan seperti “ makanan ini halal untuk umat Islam” atau makanan ini tidak mengadung kolesterol  harus sesuai egan kebenaran nya

3.  Hak untuk memilih : Dalam sistem ekonomi pasar bebas, dimana kompetensi merupakan unsur hakiki, konsumen berhak untuk memilih beerbagai produk dan jasa yang ditawarkan. Kualitas dan harga produk bisa berbeda. Konsumen berhak untuk membandingkannya sebelum mengambil keputusan untuk membeli

4.  Hak untuk didengarkan :  Konsumen memiliki hak untuk dindengarkan. Keluhan keluhan, pandangan pandangan konsumen harus didengarkan oleh para pelaku bisnis atau produsen. Hal ini dikarenakan karena konsumenlah yang akan menggunakan produk produk bisnis tersebut. Dengan perkembangan tekhnologi bidang media dan didukung oleh iklim demokrasi yang kondisif , para konsumen dewasa ini dapt menyampaikankeluhan keluhan mereka melalui media massa sebagai mana yang dikutip dalam contoh berikut ini


Teori Perlindungan Konsumen
1.      Teori Kontrak
Menurut pandangan kontrak tentang tugas usaha bisnis terhadap konsumen, hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada dasarnya merupakan hubungan kontraktual, dan kewajiban moral perusahaan pada konsumen adalah seperti yang diberikan dalam hubungan kontraktual. Teori ini memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki empat kewajiban moral utama: kewajiban dasar untuk mematuhi isi perjanjian penjualan, dan kewajiban untuk memahami sifat produk , menghindari misrepesentasi, dan menghindari penggunaan paksaan atau pengaruh . Dengan bertindak sesuai kewajiban-kewajiban  tersebut,perusahaan berartim menghormati hak konsumen untuk diperlakukan sebagai individu yang bebas dan sederajat atau dengan kata lain,sesuai dengan hak mereka untuk memperoleh perlakuan yang mereka setuju untuk dikenakan pada mereka.
Teori kontrak mengenai kewajiban bisnis terhadap konsumen, mengklaim bahwa bisnis memiliki empat kewajiban moral utama( Velasquez, 1998:327). Kewajiban itu antara lain: (1) kewajiban untuk memenuhi(the duty to comply) (2) Kewajiban untuk mengungkapkan ( the duty of disclosure) (3) kewajiban untuk tidak disalahartikan duty not misrepresent) dan(4) kewajiban untuk tidak memaksa (the duty not to coercive)

- The duty to comply

kewajiban moral utama para pelaku bisnis menurut teori kontrak adalah kewajiban menyediakan bagi konsumen produk produk yang sesuai dengan klaim perusahaan yang dinyatakan secara jelas mengenai produk produk tersebut, yang memungkinkan konsumen memamsuki kontrak secara bebas dan membentuk pemahaman konsumen mengenai apa yang dia setujui untuk dibeli. Singkatnya seorang pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk memenuhi produk yang berkualitas baggi konsumennya.  Produk itu dapat digunakan dan aman bagi konsumennya. Selain itu, mengikuti Frederick Sturvant( Velazquez 1998: 327) produk yang berkualitas memenuhi syarat syarat sebagai berikut:

·  Reliability: pernyataan ini mengacu pada kemungkinan bahwa sebuah produk akan berfungsi dengan sebagaimana konsumen harapkan produk itu berfungsi. Semua spesifikasi mengenai produk tersebut harus dinyatakan dengan jelas, dan spesifikasi mengenai produk tersebut dapat berfungsi sebagaimana seharusnya spesifikasi tersebut berfungsi cth: apabila sebuah produk handphone memiliki spesifikasi camera maka camera tersebut harus berfungsi sesuai dengan lasimnya kamera berfungsi.    
·  Service life: lain tentang usia sebuah produk mengacu pada periode waktu selama produk itu akan berfungsi efektig seperti yang diharapkan oleh konsumenbarang tersebut berfungsi.
·   Maintainability klaim perawatan adalah klaim tentang kemudahan sebuah produk untuk diperbaiki dan terus dalam kondisi baik. Klaim tentang perawatan ini biasanya dibuat dalam formulir yang berisi tentang jaminan    
·         Product Safety
Klaim tentang keamanan produk baik yang tersurat maupun tersirat berkaitan dengan tingkat resiko yang diasosiasikan dengan penggunaan produk. Konsumen harus mengetauhi dengan baik dan jelas resiko penggunaan sebuah produk. Dalam kerangka ini pelaku bisnis harus menyatakan secara jelas resiko penggunaan sebuah produk.  

- The duty of disclosure
Kesepakatan tidak dapat mengikat kecuali kedua belah pihak yang terlibat dalam kesepakatan itu mengetahui apa yang mereka lakukan dan secara bebas memilih untuk melakukannya. Ini berarti bahwa penjual yang bermaksud untuk memasuki kontrak dengan konsumen memiliki kewajiban untuk mengunkapkan apa yang pelanggan secara jelas produk ynag akan dibeli oleh pelanggan dan syarat-syarat pembelian. Seorang penjual memiliki kewajiban untuk menyampaikan kepada pembeli setiap fakta tentang produk. Informasi yang diungkapkan oleh seorang penjual akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk memesan atau membeli barang tersebut.

- The duty not to misrepresent
Salah dalam menggambarkan sebuah produk, bahkan lebih dari kegagalan untuk mengungkapkan informasi. Kesalahan ini akan mengakibatkan kebebasan untuk memilih menjadi mustahil. Konsumen tidak akan memilih berdasarkan pengetahuan yang benar mengenai sebuah produk. Dan dalam hal ini tidak akan ada kebebasan untuk memilih. Kebebasan memilih merupakan sesuatu yang esensial untuk mengadakan sebuah kontrak. Sebuah tindakan yang dengan sengaja memberi gambaran yang tidak tepat mengenai sebuah produk atau komoditi tidak pernah dibenarkan secara etis.

-  The duty not to coercive
Orang sering bertindak secara tidak rasional bila berada dibawah pengaruh ketakutan atau tekanan emosional. Seorang penjual dalam hal ini tidak dibenarkan secara etis untuk memanfaatkan kecemasan, ketakutan atau tekanan emosinal yang dialami oleh konsumen untuk membeli komoditi yang dijual Kalau penjual memanfaatkan itu, berarti penjual memaksakan kehendaknya kepada konsumen.


2. The due care theory
Teori perhatian semestinya mengenai kewajiban para pelaku bisnis terhadap konsumen didasari pada gagasan bahwa konsumen dan pelaku bisnis atau penjual tidak berada dalam secara equal. Dlama kondisi ini kepentingan konsumen secara khusus sangat rentan untuk disalahgunakan oleh para pelaku bisnis atau penjual. Di satu pihak para penjual memiliki pengetahuan dan keahlian mengenai barang komoditi yang dijual, sedangkan pada pihak yang lain konsumen tidak memiliki pengetahuan dan keahlian mengenai produk yang akan mereka beli. Oleh karena para pelaku ekonomi berada dalam posisi yang menguntungkan, mereka memiliki kewajiban untuk memberikan perhatian ang khusus untuk menjamin kepantingan konsumen untuk tidak disalahgunakan. Konsumen sangat bergantung pada keahlian para pelaku bisnis atau penjual. Para pelaku bisnis atau penjual tidak hanya memiliki kewajiban untuk menyampaikan produk mereka kepada konsumen, tetapi mereka juga harus melaksanakan perhatian yang semestinya (to exercise due care) untuk mencegah orang lain dari luka yang disebabkan oleh produk

- Design
Para pelaku bisnis harus memastikan apakah desain sebuah barang menyembunyikan setiap bahaya, apakah desain itu memasukan semua perangkat keselamatan secara layak, dan apakah desain itu menggunakan material yang tepat untuk tujuan produk merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam desain. Oleh karena itu sebuah desain harus melalui sebuah penelitian, analisa dan uji coba sebelum dipasarkan. Dengan cara ini potensi bahaya dapat dihindari atau dicegah.

-  Production
Manajer produksi harus mengontrol sebuah proses pembuatan sebuah produk untuk mengeliminasi setiap      barang yang cacat, mengidentifikasi setiap kelemahan yang nampak selama produksi, dan untuk memastikan jalan pintas, penggantian material yang rusak, dan lain sebagainya. Singkatnya adalah bahwa proses produksi untuk sebuah komoditi harus dilalui dengan sebuah proses yang tepat. Hal ini untuk mencegah kerugian yang akan dialami oleh para onsumen ketika komoditi atau produk tersebut digunakan oleh konsumen. Proses produksi harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan perhatian yang semestinya. Quality control dlaam konteks ini menjadi suatu prosedur yang sangat esensial dalamproses produksi sebuah komoditi. 

- Information
Produsen harus menginformasikan, memberitahukan atau memperingatkan para konsumen mengenai bahaya produk tersebut baik pada saat penggunannya maupun bila disalahgunakan. Dengan informasi ini para konsumen akan lebih hati-hati untuk menggunakan produk tersebut sehingga mereka dapat mencegah diri dari penyalahgunaan sebuah produk yang akan membahayakan hidup dan kesehatan mereka.

3. The social cost view of the manufacturer’s duties
Teori ini merupakan kelanjutan dari dua teori sebelumnya. Teori ini menekankan pada kewajiban pelaku bisnis atau produsen untuk memberikan ganti rugi terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen akibat produk yang digunakan.

Peranan Self Efficacy



Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola karyawan sebagai unsur manusia dengan potensi yang dimiliki sehingga dapat diperoleh sumber daya yang puas (satisfied) dan satisfactory bagi organisasi. Bagi banyak orang terutama yang berpendidikan dan berkemampuan baik, salah satu tujuan bekerja adalah memperoleh kepuasan kerja. Kondisi kepuasan kerja akan tercapai bila dalam pekerjaan dapat menggerakkan motivasi yang kuat untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Kepuasan kerja pada dasarnya adalah tentang apa yang membuat seseorang bahagia dalam pekerjaannya atau keluar dari pekerjaanya.  Faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai secara signifikan adalah  faktor – faktor yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri, dengan kondisi  kerja, dengan  pimpinan, dengan rekan  kerja, dengan pengawasan, dengan  promosi jabatan dan dengan gaji.
Teori Self efficacy yang selama ini dikenal sebagai teori keefektifan diri, lebih banyak ditelaah oleh kalangan akademisi dari disiplin ilmu psikologi. Berangkat dari motivasi yang timbul dari diri sendiri membentuk kenyakinan individu melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang dibebankan pada dirinya. Sehingga lebih banyak aspek prilaku manusia yang diteliti di sini. Namun, dalam penelitian ini penulis mencoba mengarahkan pada prilaku yang hendak dihasilkan oleh Self efficacy individu berkaitan dengan kepuasan kerja karyawan.
Aspek – aspek pertimbangan dalam self efficacy dapat dikategorikan dalam dua aspek utama, yaitu aspek internal pekerja dan aspek eksternal pekerja. Alasan pembagian pertimbangan self efficacy menjadi dua aspek internal dan eksternal lebih didasarkan pada fenomena yang terjadi berkaitan dengan hal – hal yang mempengaruhi keberhasilan pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi internal pekerja meliputi pengalaman, keahlian, keadaan fisiologis atau keadaan emosional pekerja,, maupun komitmen yang berpengaruh pada kinerja dan kepuasan kerja. Sedangkan kondisi eksternal berkaitan dengan praktek – praktek yang diperoleh dari manajer, pelatihan, lingkungan kerja, tugas, dan perangkat teknologi informasi, yang mendorong keberhasilan pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga perusahaan perlu memperhatikan self efficacy dari para karyawan karena efikasi diri mencerminkan suatu keyakinan individu sesaat disaat kemampuan mereka melaksanakan suatu tugas spesifik pada suatu tingkatan kinerja yang spesifik

Definisi Self Efficacy

       Self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapaitugas tertentu menurut Kreitner dan Kinicki (2004). Efikasi diri adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakam yang baik atau buruk, Efikasi ini berbeda dengan aspirasi, karena cita – cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan efikasi diri menggambarkan penilaian kemampuan diri (Alwisol, 2009: 287)
Robbins (2007: 180) menyebutkan bahwa efikasi diri, yang juga dikenal dengan teori kognitif sosial, atau terori penalaran sosial, merujuk pada keyakinan individu bahwa dirinya mampu menjalankan suatu tugas. Semakin tinggi efikasi diri, semakin yakin pada kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau mengerjakan  sesuatu. Di pihak lain Santrock (2008: 462) mengemukan bahwa efikasi diri memiliki kemiripan dengan motivasi keahlian dan motivasi intrinsik. Efiaksi diri adalah keyakinan bahwa saya bisa, dan bantuan merupakan keyakinan bahwa saya tidak bisa.
Menurut Pajares (2002), Self efficacy mempengaruhi pilihan-pilihan dan tindakan individu, menentukan seberapa besar usaha-usaha yang dilakukan individu dan mempengaruhi tingkat stres dan kegelisahan individu. Seseorang yang memiliki Self efficacy yang tinggi akan memiliki kepribadian yang baik karena individu ini memiliki keyakinan mengenai kemampuannya sehingga pada akhirnya akan membentuk perilaku yang po sitif yang nantinya akan membuat individu tersebut mengalami peningkatan kinerjanya.

Sumber – Sumber Self Efficacy

Efikasi diri dibentuk dibentuk melalui sumber utama (Bandura, 1997; 79), yaitu:a. Mastery experience (pengalaman keberhasilan)Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan efikasi diri yang dimiliki seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi dirinya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri. Akan tetapi, jika keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada peningkatan efikasi dirinya.

b. Vicarious experience atau modelling (meniru)Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan efikasi diri seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Efikasi diri tersebut didapat melalui social models yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga mendorong seseorang untuk melakukan modelling. Namun efikasi diri yang didapat tidak akan terlalu berpengaruh bila model yang diamati tidak memiliki kemiripan atau berbeda dengan model.

c. Social persuasionInformasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas.

d. Physiological & emotional stateKecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan somatic lainnya. Efikasi diri biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stres dankecemasan sebaliknya efikasi diri yang rendah ditandai oleh tingkat stres dan kecemasan yang tinggi pula.


Faktor – Faktor yang Mempengarui Self Efficacy

Greenberg dan Baron (Hambawany, 2007)  mengatakan ada dua faktor yang mempengaruhi efikasi diri, yaitu:
1.      Pengalaman langsung, sebagai hasil dari pengalaman mengerjakan suatu tugas di masa lalu (sudah pernah melakukan tugas yang sama di masa lalu).
2.      Pengalaman tidak langsung, sebagai hasil observasi pengalaman orang lain dalam melakukan tugas yang sama (pada waktu individu mengerjakan sesuatu dan bagaimana individu tersebut menerjemahkan pengalamannya tersebut dalam mengerjakan suatu tugas).

Aspek - Aspek Self Efficacy

Efikasi diri secara umum dibedakan ata s dua kelompok, yaitu efikasi diri khusus dan umum.Efikasi diri khusus mengacu pada konsep Bandura, meskipun pada tahun – tahun belakangan ini, efikasi diri umum telah digunakan sebagai dimensi untuk meneliti tentang kemampuan. Efiaksi diri khusus sangat beragam tergantung pada tugas khusus dan diolah secara kognitif oleh individu sebelum usaha tersebut dikembangkan. Sebaliknya efikasi diri umum merujuk pada keyakinan orang dalam keberhasilam mencapai prestasi hidup. Gibson (2003: 155), menyebutkan efikasi diri memiliki tiga dimensi, yaitu besaran, kekuatan dan generalitas. Besaran merujuk pada tingkat kesulitan minat yang diyakini individu bisa diatasi. Kekuatan meliputi keyakinan individu dalam melaksanakan kerja pada tingkat kesulitan khusus. Generalitas merujuk pada sejauh mana harapan berlaku umum dalam semua situasi.






Selasa, 27 November 2012

Withdrawal Behaviors (Perilaku Penarikan)


Withdrawal Behaviors (Perilaku Penarikan)
Perilaku penarikan adalah tindakan yang diambil seseorang ketika mereka secara fisik dan atau psikologis sudah mulai merasakan terlepas dari organisasi. Bentuk penarikan perilaku secara fisik seperti: absensi, keterlambatan, dan turnover. Ada juga perilaku penarikan psikologis. Ini termasuk: kepatuhan yang hanya bersifat pasif (passive compliance), usaha minimal saat melakukan pekerjaan (minimal effort on the job), dan kurangnya kreativitas dalam diri seseorang (lack of creativity). Penarikan Psikologis ini merupakan bentuk dari kemalasan atau kurangnya pemikiran intens pada pekerjaan (Pinder, 2008).

Physical Withdrawal Behaviours  ( Perilaku penarikan Secara Fisik )
Keterlambatan ( Lateness): keterlambatan yang berlebihan dapat menjadi bukti bahwa seorang karyawan ingin terlepas dari perusahaan. Hal ini terutama berlaku jika seseorang secara konsisten terlambat karena hal itu menunjukkan kurangnya motivasi untuk pergi bekerja tepat waktu (The Pennsylvania State University, Pelajaran 13, 2011).

  •  Ketidakhadiran (Absesteeism): Ketidakhadiran adalah perilaku penarikan yang dilakukan ketika ketika pekerja tidak datang untuk bekerja, biasanya untuk jangka waktu tertentu atau tidak datang kerja dalam beberapa hari (Cohen & Golan, 2007).
  •   Turnover: Perputaran terjadi ketika seorang karyawan meninggalkan sebuah organisasi (Rosse, 1988). Turnover secara sukarela gejalanya seperti keterlambatan dan ketidakhadiran (Rosse, 1988). dari perspektif organisasi, turnover memiliki efek baik menguntungkan dan berbahaya pada suatu organisasi (The Pennsylvania State University, 2011) Turnover dapat menghasilkan karyawan baru yang mungkin lebih termotivasi dan bersemangat untuk berhasil dan hasilnya dapat membantu perusahaan untuk sukses dibandingkan dengan seseorang yang telah kehilangan minat dan motivasi dalam perusahaan.


Psychological Withdrawal Behaviours  ( Perilaku Penarikan secara Psikologis )
  •     Presenteeism: presenteeism terjadi ketika seorang karyawan datang untuk bekerja tetapi bekerja dalam kapasitas terbatas  (Trotter, et al, 2009.). Hal ini dapat terjadi karena gangguan fisik, seperti sakit, atau karena tekanan mental atau psikologis (2009). Penarikan perilaku berkaitan terutama dengan presenteeism karena alasan psikologis. Contohnya, Seorang karyawan mungkin duduk di meja mereka dan menghabiskan waktu untuk browsing di internet bukannya menyelesaikan tugas kerja. Penurunan Produktivitas karena presenteeism lebih sulit untuk diidentifikasi dan diukur dari pada absensi (2009)
  •      Burnout: Burnout dapat berkembang ketika stres emosional atau lainnya menjadi tak tertahankan.. Burnout adalah penarikan psikologis yang terjadi ketika semua sumber daya pribadi seorang pekerja telah dikuras habis oleh suatu pekerjaan. Burnout didefinisikan sebagai respon yang berkepanjangan terhadap stresor emosional dan interpersonal yang kronis pada pekerjaan, dan didefinisikan oleh tiga dimensi kelelahan emosional, sinisme, dan inefficacy (Maslach, Shaufeli, & Leiter, 2001).


The withdrawal syndrome

·         Lateness
Keterlambatan terjadi ketika seorang karyawan tidak melaporkan untuk bekerja pada waktu yang telah ditentukan.
Kadang-kadang sulit untuk mengetahui apakah seorang karyawan memiliki alasan yang tepat ketika terlambat. Ketika karyawan terlambat karena alasan yang benar/tepat, mereka cenderung memberikan alasan yang sama untuk keterlambatan mereka yang condong ke arah penarikan dari perusahaan, contoh alasan bisa: lalu lintas, kecelakaan, atau masalah transportasi. Tipe – tipe dari lateness ini adalah :

- Avoidable lateness: karyawan menunjukkan keterlambatan ini karena mereka tidak bahagia terhadap pekerjaan mereka, dan melihat ada hal – hal lain yang mereka anggap lebih penting daripada pekerjaan mereka.
-Unavoidable lateness : keterlambatan yang tidak bisa dihindari. Penyebab dari keterlambatan ini biasanyan adalah sakit, transportasi, dan terjadi kecelakaan. (Blau,1994)
Increasing Chronic Lateness : job satisfication, job involvement, dan komitmen terhadap organisasi yang rendah akan mengakibatkan chronic lateness.

·         Absenteeism
Absenteeism didefinisikan sebagai ketidakhadiran di kantor tanpa izin. Mangkir merupakan kerugian dan gangguan yang sangat besar bagi pemberi kerja. Tingginya angka ketidakhadiran merugikan perusahaan karena perusahaan tetap mengeluarkan uang untuk membayar gaji pegawai, tetapi di sisi lain pegawai tidak memberikan kontribusi apapun pada saat absen. Dengan demikian, semakin banyak waktu absen yang diambil seorang pegawai, maka semakin berkurang produktivitas kerjanya.
Sagie(1998) membedakan antara dua tipe dasar Absenteeism yaitu: ketidakhadiran dengan kesengajaan (voluntary absences), yang biasanya di bawah kontrol langsung dari karyawan. dan ketidakhadiran tanpa kesengajaan (involuntary absences), yang biasanya di luar control karyawan seperti kecelakaan, sakit, dll
Beberapa penyebab absenteeism menurut Streers dan Rhodes adalah :
Situasi kerja seperti wilayah pekerjaan, level pekerjaan, penekanan terhadap kelompok, norma kelompok kerja, gaya pemimpin, hubungan antar karyawan, dan kesempatan untuk maju.
  •  Nilai-nilai karyawan dan harapan kerja
  •  Karakteristik personal meliputi pendidikan, pengalaman, umur, sex dan family size
  •   Kepuasan pada situasi kerja
  • Tekanan untuk hadir meliputi kondisi ekonomi dan pasar, sistem insentif, norma kelompok kerja, etika kerja personal dan komitmen organisasi.
  • Motivasi kehadiran
  •  Kemampuan untuk hadir meliputi sakit dan kecelakaan, tanggung jawab keluarga, dan problem transportasi.
  • Kehadiran karyawan.

·         Turnover
Perputaran karyawan adalah pengunduran diri secara permanen secara sukarela maupun tidak sukarela dari suatu organisasi. Menurut Mueller (2003: hal 2-5).
Menurut Harnoto (2002:2): “Turnover intentions ditandai oleh berbagai hal yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain: absensi yang meningkat, mulai malas kerja, naiknya keberanian untuk melanggar tata tertib kerja, keberanian untuk menentang atau protes kepada atasan, maupun keseriusan untuk menyelesaikan semua tanggung jawab karyawan yang sangat berbeda dari biasanya.Indikasi-indikasi yang bisa digunakan sebagai acuan untuk memprediksikan turnover intentions karyawan dalam sebuah perusahaan.

1. Absensi yang meningkat
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab karyawan dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya.

2. Mulai malas bekerja
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan karyawan bersangkutan.

3. Peningkatan terhadap pelanggaran tatatertib kerja
Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan karyawan yang akan melakukan turnover. Karyawan lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya.

4. Peningkatan protes terhadap atasan
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya 
berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan karyawan.

5. Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya
Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif. Karyawan ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan, dan jika perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya justru menunjukkan karyawan ini akan melakukan turnover.

·         Burnout
Dalam teorinya Ivancevich dkk (2007), mengemukakan burnout adalah suatu proses psikologis yang dibawa oleh stress pekerjaan yang tidak terlepaskan, menghasilkan kelelalah emosi, perubahan kepribadian, dan perasaan penurunan pencapaian.
Menurut Maslach dalam Anbar dan Eker (2008) burnout mempunyai tiga dimensi yaitu 

  1.   Kelelahan emosional (emotional exhaustion)Ditandai dengan perasaan-perasaan bosan, depresi, frustasi, mudah tersinggung, perasaan tiada menolong, suka marah, gelisah, tertekan, dan berpandangan negative terhadap orang lain.
  2. Kelelahan mental (mental exhaustion / Depersonalization)Ditandai dengan sikap sinis, merasa tidak berharga, rasa benci, tidak peka terhadap orang lain ( rendahnya penghargaan diri dan depersonalisasi).
  3. Rendahnya penghargaan diri (low of personal accomplishment)Ditandai dengan adanya perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan dan kehidupan.

Senin, 08 Oktober 2012

Organization transformation, birth, growth, declines and death




Siklus kehidupan organisasi adalah urutan tahap pertumbuhan dan perkembangan di mana organisasi dapat lewat.

Empat utama tahap siklus kehidupan organisasi:
1. Lahir
2. Pertumbuhan
3. Penurunan
4. Kematian

Lahirnya organisasi  = Organisasi yang lahir ketika pengusaha mengenali dan memanfaatkan kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kompetensi untuk memanfaatkan sumber daya untuk menciptakan nilai.

Ini adalah tahap yang membahayakan dari siklus hidup karena:
1. Tidak memiliki struktur yang formal
2. Pengalaman organisasi baru cenderung baru
3. Tidak ada cara untk memprediksi atau menjamin kesuksesan
4. Lingkungan mungkin memusuhi organisasi baru

Model ekologi populasi organisasi baru (A Population Ecology Model of Organizational Birth)
Teori ini berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat di mana organisasi baru lahir (dan mati) dalam populasi organisasi yang sudah ada.

Jumlah kelahiran
1. Kepadatan penduduk
2. First mover advantages

Strategi bertahan hidup :
1. Strategi R Vs strategi K
2. Strategi spesialis Vs strategi generalis
3. Proses seleksi alam

Teori kelembagaan pertumbuhan organisasi :
Teori ini mempelajari bagaimana orgzs dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk tumbuh dan bertahan hidup dalam lingkungan yang kompetitif

Isomorfisma organisasi :
1. Isomorfisma koersif
2. Isomorfisma mimesis
3. Isomorfisma Normatif
4. Isomorfisma Kelemahan

Model pertumbuhan organisasi menurut greiner :

Tahap 1: Pertumbuhan melalui kreativitas

Pengusaha mengembangkan keterampilan & kemampuan untuk menciptakan dan memperkenalkan produk-produk baru untuk pasar baru.Masalah yang mungkin muncul adalah krisis kepemimpinan


Tahap 2: Pertumbuhan melalui arahan
Tim manajemen baru atas bertanggung jawab untuk mengarahkan strategi perusahaan, dan manajer tingkat yang lebih rendah memikul tanggung jawab fungsional utama. Masalah yang mungkin muncul adalah krisis otonomi.

Tahap 3: Pertumbuhan melalui delegasi
Hal ini memungkinkan organisasi untuk mencapai keseimbangan antara manajer yang berpengalaman merekrut untuk meningkatkan kinerja dan kebutuhan untuk menyediakan ruang untuk berwirausaha sehingga orgz dapat berinovasi dan menemukan cara baru untuk mengurangi biaya atau meningkatkan produknya. Masalah yang mungkin muncul adalah krisis control.

Tahap 4: Pertumbuhan melalui koordinasi
Sebuah orgnz harus menemukan keseimbangan yang tepat antara kontrol terpusat dari atas kontrol orgz dan desentralisasi di tingkat fungsional atau divisi. Masalah yang mungkin muncul adalah krisis birokrasi.

Tahap 5: Pertumbuhan melalui kolaborasi

Ini menekankan "spontanitas yang lebih besar dalam aksi manajemen melalui tim dan konfrontasi perbedaan antarpribadi yang terampil. Kontrol sosial dan disiplin diri mengambil alih dari kontrol formal.

Penurunan organisasi dan kematian :
1. Efektivitas dan profitabilitas
2. Kelambanan organisasi
3. Menghindari resiko
4. Keinginan untuk memaksimalkan penghargaan
5. Budaya yang terlalu birokrasi
6. Perubahan lingkungan

The External Environment



Mengorganisir unsur dalam lingkungan eksternal menjadi sepuluh sektor untuk analisis :


  1. Industri: pesaing, industri ukuran dan daya saing, industri terkait;
  2. Bahan baku: Pemasok, produsen, real estate, jasa;
  3. Sumber daya manusia: pasar tenaga kerja, agen tenaga kerja, universitas, sekolah pelatihan, karyawan di perusahaan lain, serikat pekerja;
  4. Sumber daya keuangan: pasar saham, bank, tabungan dan pinjaman, investor swasta;
  5. Pasar: Pelanggan, klien, pengguna potensial dari produk dan jasa;
  6. Teknologi: Teknik produksi, ilmu pengetahuan, komputer, teknologi informasi, e-commerce;
  7. Kondisi ekonomi: resesi, tingkat pengangguran, tingkat inflasi, tingkat investasi,ekonomi, pertumbuhan;
  8.  Pemerintah: kota, negara bagian, undang-undang federal dan peraturan, pajak, jasa, sistem peradilan, politik proses;
  9. sosiokultural: usia, nilai-nilai, keyakinan, pendidikan, agama, etika kerja, konsumen dan gerakan penghijauan;
  10. Internasional: persaingan dari dan akuisisi oleh perusahaan asing, masuk ke pasar luar negeri, asing adat istiadat, peraturan, nilai tukar.


Tugas Lingkungan: meliputi sektor dengan mana organisasi berinteraksi langsung dan yang memiliki dampak secara langsung pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan itu. Lingkungan tugas biasanya meliputi industri, bahan baku, pasar dan mungkin SDM dan internasional.

Lingkungan Umum: meliputi sektor-sektor yang tidak mungkin memiliki dampak langsung pada operasional harian sebuah perusahaan tetapi secara tidak langsung akan mempengaruhi mereka. Lingkungan umum sering mencakup pemerintah, sosiokultur, kondisi ekonomi, teknologi dan sumber daya keuangan.
Konteks internasional: semakin pentingnya dari sektor internasional. Lingkungan untuk semua organisasi menjadi sangat kompleks dan kompetitif.

Ketidakpastian lingkungan :



Beradaptasi dengan lingkungan Ketidakpastian

Aspek organisasi yang berbeda seiring dengan kenaikan ketidakpastian: 
  1. Posisi dan Departemen: Dengan meningkatnya kompleksitas dan ketidakpastian, begitu juga jumlah posisi dan departemen dalam organisasi. Hal ini meningkatkan kompleksitas internal
  2. Buffering dan batasan rentang: ketika ketidakpastian lingkungan meningkat, secara tradisional, penyangga departemen didirikan. Baru-baru ini, organisasi menjatuhkan buffer karena mereka percaya yang terhubung dengan baik kepada pelanggan dan pemasok lebih penting daripada efisiensi internal. Membuka organisasi membuatnya lebih cair dan mudah beradaptasi. Batas-mencakup peran yang diperkenalkan.
  3. Diferensiasi dan integrasi: ketika lingkungan eksternal yang kompleks dan cepat berubah, departemen organisasi menjadi sangat khusus untuk menangani ketidakpastian dalam eksternal mereka sektor. Salah satu hasil dari diferensiasi tinggi adalah bahwa koordinasi antar departemen menjadi sulit. Dengan ketidakpastian, perubahan sering memerlukan informasi lebih lanjut pengolahan untuk mencapaikoordinasi horizontal sehingga integrator menjadi tambahan yang diperlukan untuk struktur organisasi.
  4. Proses Manajemen Organik vs mekanistik: ketika lingkungan eksternal stabil, organisasi internal ditandai dengan aturan, prosedur dan hirarki yang jelas dari otoritas = organisasi mekanistik. Dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, organisasi internal banyak longgar, bebas-mengalir dan adaptif. Hirarki otoritas tidak jelas dan aturan dan peraturan sering tidak tertulis = organisasi organik.
  5. Perencanaan, perkiraan dan responsif: titik integrasi internal meningkat dan beralih ke proses yang lebih organik adalah untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk cepat merespon perubahan mendadak. Perencanaan dan perkiraan menjadi lebih penting.
Bentuk organisasi :
1. Mekanik :
  • Tugas dipecah menjadi beberapa bagian yang terpisah.
  • Tugas yang didefinisikan kaku.
  • Ada wewenang hirarki ketat dan kontrol, dan ada banyak aturan.
  • Pengetahuan dan pengendalian tugas dipusatkan di bagian atas organisasi.
  • Komunikasi adalah vertikal.
2. Organik :
  • Karyawan berkontribusi pada tugas bersama departemen.
  • Tugas disesuaikan dan didefinisikan ulang melalui kerja sama tim.
  • kurangnya hirarki kekuasaan dan kontrol, dan ada beberapa aturan.
  • Pengetahuan dan pengendalian tugas berada di mana saja dalam organisasi.
  • Komunikasi adalah horisontal.
Kerangka untuk respon ketidakpastian organisasi :
Ketergantungan sumber daya (resource dependence) : berarti bahwa organisasi bergantung pada lingkungan tetapi berusaha untuk memperoleh kontrol atas sumber daya untuk mengurangi ketergantungan mereka. Organisasi yang membutuhkan sumber daya akan cenderung lebih bersedia menyerahkan kebebasan untuk memperoleh sumber-sumber.

Mengontrol sumber daya lingkungan :
a. Membangun hubungan antar organisasi
  • Kepemilikan
  • Aliansi strategis yang formal
  • Usaha patungan
  • Kooptasi, saling direktorat
  • Perekrutan eksekutif
  • Iklan dan public relation
b. Mengontrol lingkungan yang domain
  • Perubahan domain
  • Kegiatan politik, regulasi
  • Asosiasi dagang
  • Kegiatan yang tidak sah

Organizations and Organizational Effectiveness




Organisasi adalah alat yang digunakan orang untuk mengkoordinasikan tindakan mereka untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau nilai

Cara organisasi menggunakan SDM dan teknologi untuk mengubah input menjadi output menentukan berapa banyak nilai yang diciptakan

Jumlah nilai organisasi menciptakan fungsi kualitas dari keterampilan.
Mengapa organisasi terwujud..?

1. Untuk meningkatkan spesialisasi dan pembagian kerja
2. Untuk menggunakan teknologi skala besar
3. Untuk mengelola lingkungan organisasi
4. Untuk menghemat biaya transaksi
5. Untuk mengerahkan kekuatan dan control

Mengukur efektivitas :
1. Pendekatan sumber daya eksternal: control
- Indikator: harga saham, profitabilitas, dan ROI.

2. Pendekatan sistem internal: inovasi 
- Indikator: lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membuat keputusan, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk baru ke pasar, jumlah waktu yang dihabiskan mengkoordinasikan kegiatan departemen yang berbeda.

3. Pendekatan teknis: Efisiensi
- Indikator: peningkatan jumlah unit yang diproduksi tanpa menggunakan tenaga kerja tambahan, pengurangan biaya tenaga kerja atau bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap unit produk.

Tipologi strategy miles & snow’s :
  1. Propestor : cenderung kepada strategi inovasi, berani mengambil resiko, mengambil kesempatan-kesempatan baru dan berkembang
  2. Defender : kebalikan dari propestor tidak berani mengambil resiko , fokus pada masalah stabilitas (yang penting stabil), tidak berani mengambil kesempatan-kesempatan baru
  3. Analyzer : memelihara bisnis secara stabil, sementara melakukan inovasi-inovasi.
  4. Reactor : sebenarnya bukan dari ketiga hal diatas. Reactor hanya merespon tantangan dan kesempatan dari lingkungan.
Menilai efektivitas organisasi : 
1. Efektivitas merupakan konsep yang luas
- Mengevaluasi sejauh mana beberapa tujuan yang dicapai

2. Efisiensi adalah konsep yang lebih terbatas
- Mengacu pada kerja internal organisasi
- Hal ini dapat diukur sebagai rasio input ke output

Pendekatan Kontingensi Efektivitas (Contingency Effectiveness Approaches)




 
Redesign by Syar'ie