Kamis, 26 Juli 2012

Glass Ceiling



Gless ceiling merupakan pandangan bahwa, wanita dapat diterima sebagai karyawan perusahaan, tetapi mempunyai kesulitan untuk dipromosikan, terutama pada posisi senior level management.

Gless ceiling masih banyak terjadi dikalangan pekerja wanita. Ada gap yang terjadi antara wanita dan lakilaki di tempat kerja. Laki-laki cenderung lebih cepat dipromosikan dan mendapatkan gaji lebih besar dari pada wanita
Menurut penelitian Wentling (2003), faktor-faktor yang membantu perubahan karir wanita adalah;
  1. Menunjukkan kompetensi dalam bekerja atau menciptakan kualitas kerja yang tinggi. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan perusahaan untuk memberikan kesempatan pada wanita.
  2. Keahlian individu. Wanita akan dihargai jika mempunyai keahlian sehingga mampu menyelesaikan tanggungjawab pekerajaan dengan baik.
  3. Komitmen pada pekerjaan. Komitmen diperlukan untuk mendukung kompetensi yang sudah dimiliki karyawan.
  4. Adanya kesempatan dan dukungan dari perusahaan. Perusahaan memberikan kesempatan yang pada wanita untuk berusaha dan bersaing dengan laki-laki mencapai posisi senior level management.
  5. Keinginan untuk belajar sesuatu yang baru. Hal ini akan memunculkan ide-ide kreatif sehingga bisa memberikan kontribusi positif bagi perusahaan. Wanita akan mampu melakukan inovasi dalam setiap tindakan.
  6. Percaya diri. Kepercayaan diri merupakan salah satu modal utama wanita untuk meraih posisi yang lebih tinggi, bahwa mereka mampu mencapai posisi tersebut.


Selain ada faktor yang membantu, ada juga faktor yang menghambat perkembangan karir wanita, menurut Wentling (2003);


  1.  Kurangnya dukungan dari pimpinan. Pemimpin tidak memberikan kesempatan pada wanita untuk mencoba menduduki posisi senior level management 
  2. Family obligation. Ada masalah-masalah yang terkait dengan peran wanita sebagai karyawan dan sebagai bagian dari keluarga yang harus mengurus anak.
  3. Company reorganization.
  4. Umur. Wanita yang ingin mencapai posisi yang lebih tinggi seringkali terhalang dengan umur yang dianggap sudah tidak produktif.


Cara mengatasi :
  •   glass ceiling dapat diatasi dengan mengikuti beberapa pelatihan yang dapat mendorong wanita mencapai posisi yang lebih tinggi. Beberapa pelatihan tersebut antara lain; pelatihan komunikasi, kepemimpinan, manajemen strategik, dan perencanaan keuangan. Program pelatihan yang efektif akan meningkatkan kemampuan karyawan. Selama ini, wanita cenderung hanya melakukan pelatihan tentang komunikasi (Wentling, 2003). Pentingnya pelatihan kepemimpinan karena didasarkan pada anggapan bahwa wanita tidak mempunyai kemampuan dalam memimpin (Weyer, 2007). Pengalaman kerja dari wanita juga perlu ditingkatkan agar terhindar dari fenomena glass ceiling sehingga karirnya dapat berkembang.
  •  Hal serupa juga dikemukakan oleh Jackson (2001), bahwa perusahan harus merubah budaya, sehingga dapat mendukung karir wanita untuk menduduki posisi yang lebih tinggi. Menurut Akande (1994), perubahan dapat dilakukan dengan merubah struktur organisasi agar lebih flat dan memberikan otoritas kepada karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan. Akandejuga mengemukakan bahwa, bahwa sistem reward financial diubah untuk mencapai keseimbangan diantara karyawan. Sistem reward didasarkan pada prestasi bukan hirarki. Jadi, semua karyawan akan berkompetisi untuk mencapai prestasi.
  •  Selain itu, perusahaan dapat melakukan empowerment pada setiap level. Empowerment akan menumbuhkan self efficacy karyawan. Self efficacy mengarah bahwa karyawan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Ada empat hal dalam empowerment yaitu competence, impact, meaning, dan self determination (Bartram 2006). Competence mengacu pada self efficacy. Impact mengacu bahwa sesuatu dapat mempengaruhi hasil organisasi. Meaning berhubungan dengan pentingnya penempatan kerja sesuai dengan value. Self determination mengacu pada otonomi.

By: Wijayanti-Universitas Muhammadiyah Purworejo

 
Redesign by Syar'ie