Kamis, 28 April 2011

8 Jenis pekerjaan (bahan kuliah Entrepreneur)

Sebelum memulai sesuatu usaha, kita harus mempelajari dan memahami karakter yang kita miliki. Dengan mengetahui karakter mana yang cocok dengan diri kita, maka sebagai individu yang sadar, akan dapat menjalani karir dengan tepat yang pada akhirnya menghasilkan sesuatu yang sempurna.

Adapun jenis pekerjaan dapat dibagi menjadi 8 jenis,

1. Accumulator merupakan type pekerja yang menanam dahulu dan menuai kemudian, bukan hanya dalam arti harfiah tetapi mungkin saja dalam bentuk usaha ataupun investasi. Personality yang dimiliki biasanya adalah cermat dan sabar. Contohnya adalah waren bufet (jual beli saham).

2. Trader tipe pekerja yang hampir sama dengan Accumulator tetapi dalam proses menuai hasil tipe trader ini melakukan dalam tempo yang lebih cepat, contohnya adalah George Soros. Kekayaan yang dimilikinya adalah 63 kali dari kapitalisasi seluruh saham diindonesia. Bisa dibayangkan, jika George soros melakukan manuver investasinya, kemungkinan besar akan dapat mengganggu perekonomian dunia. Krisis 1998 di Indonesia diyakini sebagai dampak dari investasi yang dilakukan oleh George soros.

3. Deal Maker, menghubungkan penjual dan pembeli, istilah kerennya adalah broker atau calo atawa makelar. Tipe ini biasanya mengambil fee dari jasa yang dilakukannya. Tidak memerlukan modal besar, yang penting adalah kejelian dalam melihat peluang yang ada. Jeli melihat peluang, jeli melihat siapa yang bisa dihubungkan, biasanya pintar bicara. Contohnya adalah Donald Trump. Bisnisnya adalah jual beli perusahaan, beli perusahaan bangkrut, dibeli, diperbaiki dan dijual kembali. Karya fenomenalnya adalah penggabungan Sonny dan Erickson.

4. Suppoter, orang yang mendapatkan penghasilan karena menjalankan sistem yang sudah ada dalam organisasi, profesional, karyawan. Contohnya adalah Jack Well, CEO general electric, prestasi Jack Well adalah dalam kepemimpinannya GE mencapai peringkat 1 dan 2 pada era tahun 1980 sampai 1990 an. Sehingga pada saat pensiun, Jack Well mendapatkan hadiah bonus sebuah pulau.

5. Star, Pernghasilan karena menjual kemampuannya didepan umum, seperti guru, dosen, artis, atlit. Contohnya adalah elvis presley.

6. Creator, menciptakan produk/jasa secara berkesinambungan, programer, pengarang, pelukis contohnya adalah Bill Gates, menciptakan MS Dos, Windows 95 sampai Vista, pemilik Microsoft, tetapi masih tetap bekerja dan mencipta. Tipe ini bekerja karena merasakan kebutuhan untuk terus berkarya, dengan motto “kerja merupakan kenikmatan”.

7. Mechanic, orang yang bekerja menciptakan sistem didalam organisasi, contoh pekerjaan , konsultan, pemilik perusahaan. Ree Crock pendiri Mc Donald, kolonel Sander pendiri KFC.

8. Lord/Raja/Tuan Tanah/ Juragan, mendapatkan penghasilan karena memiliki asset yang bekerja secara otomatis bagi mereka. Contohnya adalah MLM posisi puncak, investasi, Deposito, bisnis sewa property. Bentuk bisnis yang umum dimiliki oleh Lord adalah Franchise. Contoh lord adalah sultan Brunei, karena memiliki aset 168 tambang minyak dan emas yang mengisi pundi-pundi milikinya.

Semuanya kalau dapat memaksimalkan yang dimiliki, pada dasarnya akan berakhir di LORD. Untuk dapat berhasil dalam melakukan suatu pekerjaan, adalah anda harus bekerja atau berusaha pada bidang yang paling anda sukai. Bidang yang paling anda sukai adalah suatu pekerjaan yang tetap akan anda kerjakan walaupun tanpa dibayar sekalipun (karena menikmati pekerjaan tersebut). kalo gak salah nih di sadur dari websitenya si Roger (www.rogerhamilton.com)

Entrepreneur atau kewirausahaan dalam prakteknya tidak seindah teorinya, terutama tahun-tahun pertama, pengalaman dilapangan lebih berharga dariada ilmu yang diperoleh dari teks book. Kalau anda belajar dari teks book, maka akan menjadi pintar, sedangkan jika belajar dari lapangan, anda akan menjadi kaya.

Analisa Porter’s Five Forces


Vibizmanagement – Strategic) – SWOT Analysis adalah suatu analisa yang dilakukan sebelum bisnis merancang sebuah strategic plan. Salah satu tools yang digunakan untuk membuat SWOT Analysis diantaranya adalah Porter Five Forces analysis, yang memberikan gambaran mengenai bagaimana posisi bisnis kita di dalam suatu industri.
Analisa Porter’s Five Forces memberikan gambaran yang powerful mengenai bagaimana tingkat persaingan dari suatu industri, baik itu dari sisi supply chain (supplier dan pelanggan) serta pasar (pemain baru dan substitusi). Keempat dari forces (dorongan) ini memberikan kontribusi terhadap competitive rivalry atau tingkat persaingan dalam industri.

The threat of a substitute product
Bagaimana substitusi terhadap barang/jasa Anda? Apakah konsumen dapat memperoleh barang substitusinya dengan mudah? Semakin banyak dan dekat barang substitusi, maka pelanggan juga bisa beralih dengan mudah. Force ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya switching cost, kecenderungan untuk substitusi, diferensiasi produk, dan lainnya.
Contoh, misalnya untuk teh botol, kecenderungan substitusinya lebih besar. Misalnya jika Anda ke suatu kios tertentu, dan ingin membeli Fruit Tea, namun nyatanya hanya ada Teh Botol Sosro, tentunya Anda tidak akan bersikeras untuk mencari Fruit Tea bukan? Ini berarti ancaman substitusi tinggi. Perbedaan antara kedua merek hanya sedikit saja, dan tidak ada biaya switching cost antara dua merek tersebut.

The threat of the entry of new competitors
Bagaimana tingkat kesulitan/kemudahan bagi pesaing baru untuk masuk ke dalam industri Anda? Force ini antara lain dipengaruhi oleh brand equity, hambatan masuk seperti paten dsb, distribusi, skill atau core competence tertentu, economies of scope, cost advantage, dan lainnya.
Contoh, misalnya Anda bergerak di industri ritel online, maka ancaman akan munculnya pesaing baru sangatlah tinggi. Zaman semakin maju, dan akses terhadap internet juga semakin mudah. Individual pun kini dapat berjualan secara online, misalnya dengan memanfaatkan blog, forum, ataupun situs social network seperti Facebook.

The bargaining power of customers
Bagaimana kekuatan yang dimiliki pelanggan Anda? Force ini antara lain dipengaruhi oleh: jumlah pembeli, konsentrasi pembeli, switching cost pembeli, ketersediaan barang, besar order pembeli, sensitivitas harga, tingkat diferensiasi, dan sebagainya.
Misalnya, Anda memiliki sebuah ritel premium dengan pelanggan-pelanggan kelas atas. Pada kelompok pelanggan tersebut, sekitar 60% penjualan berasal dari 20% pelanggan. Artinya, konsentrasi pembeli cukup tinggi, sehingga pembeli punya kekuatan yang lebih tinggi. Switching cost bagi pembeli pun tidak ada, sementara bagi Anda sulit untuk memperoleh pelanggan baru lagi.

The bargaining power of suppliers
Supplier merupakan tempat dimana kita membeli input yang digunakan untuk bahan produksi. Force ini ditentukan oleh beberapa factor diantaranya: switching cost ke supplier lain, jumlah supplier, konsentrasi supplier, ketersediaan substitusi input, tingkat diferensiasi input, hingga tingkat hubungan dengan supplier.
Misalnya, supplier obat-obatan untuk rumah sakit, pada umumnya punya tingkat konsentrasi tinggi. RS biasanya punya langganan kepada segelintir perusahaan farmasi tertentu. Dalam kasus ini, berarti bargaining power of supplier tinggi karena supplier terkonsentrasi pada sekian kecil saja.

The intensity of competitive rivalry
Bagaimana intensitas persaingan dalam industri Anda? Semakin banyak jumlah pesaing, dengan produk yang berkualitas dan harga bersaing, maka semakin tinggi tingkat persaingan. Force ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: jumlah pesaing, perbedaan kualitas, loyalitas pelanggan, diferensiasi produk, perbedaan harga, exit barriers, dan sebagainya.
Contoh industri dengan intensitas persaingan yang tinggi adalah industri telekomunikasi. Industri telekomunikasi sendiri punya prospek growth yang tinggi, karena orang selalu membutuhkan komunikasi dan ditunjang oleh pertumbuhan penduduk. Kemudian, exit barriers juga tinggi, karena perusahaan tentunya sudah menginvestasikan infrastruktur telekomunikasi yang tidak murah. Saat ini, operator melakukan perang harga dalam menjaring konsumen, sementara switching cost pun rendah.
Analisa Five Forces Porter ini digunakan pada level industri, dan dapat diaplikasikan pada segala macam industri. Pengertian industri disini adalah serangkaian bisnis yang menawarkan produk/jasa yang sejenis. Seandainya satu perusahaan bergerak di berbagai macam industri, maka ia tidak bisa hanya membuat satu analisis saja. Analisa ini perlu dibuat pada masing-masing industri dimana ia bergerak.
Demikian adalah ulasan dan contoh mengenai Analisa Five Forces Porter yang powerful, terutama dalam melakukan SWOT Analysis dan Strategic Plan. Dengan memahami bagaimana posisi kita dalam industry, maka selanjutnya dapat dirancang strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan.

Tujuan Lima-forces Analisis Porter
• Dapat digunakan untuk memenangkan persaingan
• Dapat memeriksa apa kompetisi yang sudah ada dalam industri yang akan dimasukkan
• analisis SWOT dapat menentukan

Strategi “4P” vs “4C”

Sangat menarik tulisan Pak Suyanto minggu yang lalu yang berjudul “Strategi Baru 4P”. Pak Suyanto menawarkan pemikiran baru tentang konsep 4P yang selama ini sudah sangat dikenal sebagai bauran pemasaran, yaitu product, price, place, dan promotion, dengan strategi baru yaitu product (inti), process, performance, dan person agar dapat memenangkan persaingan jangka panjang.

Sudut pandang konsep tersebut lebih berorientasi dari perusahaan ke konsumen. Akan tetapi bagaimana konsep tersebut jika dilihat menggunakan kacamata konsumen? Bukankah semua strategi tersebut digunakan untuk menarik konsumen? Karena keberadaan konsumen sangat berarti bagi suatu bisnis, maka mau tak mau menjadi keharusan bagi setiap bisnis untuk menempatkan konsumen sebagai fokusnya. Untuk melengkapi konsep 4P di atas, ada baiknya kita melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Bagi konsumen, apabila dia berniat membeli product (barang, jasa, dan ide) yang ditawarkan oleh perusahaan, sebenarnya yang dia pertimbangkan adalah valuenya (Customer value). Dengan kata lain sebetulnya yang dibeli konsumen bukan sekedar product perusahaan tetapi lebih pada value yang diberikan oleh produk tersebut. Value ini diperoleh konsumen tak hanya dari fisik produknya tetapi juga value lain yang bisa berupa image atau juga pelayanannya (service). Sebagai contoh ketika memilih Garuda, konsumen tidak sekedar membeli jasa transportasi udara, tetapi value yang lain seperti prestise, safety, atau ketepatan waktu. Hal itu yang menjadikan Garuda berbeda valuenya dibandingkan penerbangan yang lain.

Price (harga) yang ditawarkan oleh perusahaan, dilihat dari kacamata konsumen adalah Cost, atau biaya yang harus dibayarkan. Cost yang harus dikeluarkan oleh konsumen tak hanya yang berupa uang (monetary cost) tetapi juga termasuk cost yang lain seperti waktu dan tenaga untuk mendapatkan suatu produk. Ketika suatu barang dijual dengan harga lebih murah dengan tujuan agar dapat bersaing, akan tetapi untuk mendapatkannya konsumen harus antre 5 jam, berdesakan, atau pesan lebih dulu dengan telepon bolak-bolak, maka kemungkinan konsumen akan mundur karena cost yang ditanggung tak sebanding dengan selisih harganya.

Promotion (promosi) yang dilakukan perusahaan dengan above the line seperti iklan di berbagai media, maupun yang bersifat below the line dengan berbagai event marketing seperti di jalan-jalan atau pasar dan pameran, esensinya adalah Communication. Oleh sebab itu, agar komunikasi tepat sasaran dan menjadikan konsumen aware terhadap product yang ditawarkan perlu memperhatikan kesesuaian jenis produk dengan segmen yang dituju, media yang dipilih maupun jenis komunikasi yang akan digunakan.

Place (lokasi) bagi bisnis tertentu dipandang sebagai variabel yang sangat menentukan bagi keberlanjutan sebuah bisnis. Akan tetapi bagi konsumen hal tersebut tidak mutlak, yang menjadi perhatian konsumen lebih pada kenyamanan dan kemudahan memperoleh produk/jasa yang diinginkan. Dengan kata lain sisi convenience suatu product menjadi fokus konsumen, seperti produk mudah dicari, selalu ada jika diperlukan dan mencukupi.

Dengan melihat bauran pemasaran dari dua sisi, perusahaan dan konsumen, maka diharapkan perusahaan menjadi tidak hanya berpikir “Apa yang harus dilakukan perusahaan untuk menjalankan bisnis?” tetapi juga memperhatikan “Apa yang sebetulnya diharapkan konsumen terhadap bisnis perusahaan?”

 
Redesign by Syar'ie