Sabtu, 22 Desember 2012

Peranan Self Efficacy



Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola karyawan sebagai unsur manusia dengan potensi yang dimiliki sehingga dapat diperoleh sumber daya yang puas (satisfied) dan satisfactory bagi organisasi. Bagi banyak orang terutama yang berpendidikan dan berkemampuan baik, salah satu tujuan bekerja adalah memperoleh kepuasan kerja. Kondisi kepuasan kerja akan tercapai bila dalam pekerjaan dapat menggerakkan motivasi yang kuat untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Kepuasan kerja pada dasarnya adalah tentang apa yang membuat seseorang bahagia dalam pekerjaannya atau keluar dari pekerjaanya.  Faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai secara signifikan adalah  faktor – faktor yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri, dengan kondisi  kerja, dengan  pimpinan, dengan rekan  kerja, dengan pengawasan, dengan  promosi jabatan dan dengan gaji.
Teori Self efficacy yang selama ini dikenal sebagai teori keefektifan diri, lebih banyak ditelaah oleh kalangan akademisi dari disiplin ilmu psikologi. Berangkat dari motivasi yang timbul dari diri sendiri membentuk kenyakinan individu melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang dibebankan pada dirinya. Sehingga lebih banyak aspek prilaku manusia yang diteliti di sini. Namun, dalam penelitian ini penulis mencoba mengarahkan pada prilaku yang hendak dihasilkan oleh Self efficacy individu berkaitan dengan kepuasan kerja karyawan.
Aspek – aspek pertimbangan dalam self efficacy dapat dikategorikan dalam dua aspek utama, yaitu aspek internal pekerja dan aspek eksternal pekerja. Alasan pembagian pertimbangan self efficacy menjadi dua aspek internal dan eksternal lebih didasarkan pada fenomena yang terjadi berkaitan dengan hal – hal yang mempengaruhi keberhasilan pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi internal pekerja meliputi pengalaman, keahlian, keadaan fisiologis atau keadaan emosional pekerja,, maupun komitmen yang berpengaruh pada kinerja dan kepuasan kerja. Sedangkan kondisi eksternal berkaitan dengan praktek – praktek yang diperoleh dari manajer, pelatihan, lingkungan kerja, tugas, dan perangkat teknologi informasi, yang mendorong keberhasilan pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga perusahaan perlu memperhatikan self efficacy dari para karyawan karena efikasi diri mencerminkan suatu keyakinan individu sesaat disaat kemampuan mereka melaksanakan suatu tugas spesifik pada suatu tingkatan kinerja yang spesifik

Definisi Self Efficacy

       Self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapaitugas tertentu menurut Kreitner dan Kinicki (2004). Efikasi diri adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakam yang baik atau buruk, Efikasi ini berbeda dengan aspirasi, karena cita – cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan efikasi diri menggambarkan penilaian kemampuan diri (Alwisol, 2009: 287)
Robbins (2007: 180) menyebutkan bahwa efikasi diri, yang juga dikenal dengan teori kognitif sosial, atau terori penalaran sosial, merujuk pada keyakinan individu bahwa dirinya mampu menjalankan suatu tugas. Semakin tinggi efikasi diri, semakin yakin pada kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau mengerjakan  sesuatu. Di pihak lain Santrock (2008: 462) mengemukan bahwa efikasi diri memiliki kemiripan dengan motivasi keahlian dan motivasi intrinsik. Efiaksi diri adalah keyakinan bahwa saya bisa, dan bantuan merupakan keyakinan bahwa saya tidak bisa.
Menurut Pajares (2002), Self efficacy mempengaruhi pilihan-pilihan dan tindakan individu, menentukan seberapa besar usaha-usaha yang dilakukan individu dan mempengaruhi tingkat stres dan kegelisahan individu. Seseorang yang memiliki Self efficacy yang tinggi akan memiliki kepribadian yang baik karena individu ini memiliki keyakinan mengenai kemampuannya sehingga pada akhirnya akan membentuk perilaku yang po sitif yang nantinya akan membuat individu tersebut mengalami peningkatan kinerjanya.

Sumber – Sumber Self Efficacy

Efikasi diri dibentuk dibentuk melalui sumber utama (Bandura, 1997; 79), yaitu:a. Mastery experience (pengalaman keberhasilan)Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan efikasi diri yang dimiliki seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi dirinya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri. Akan tetapi, jika keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada peningkatan efikasi dirinya.

b. Vicarious experience atau modelling (meniru)Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan efikasi diri seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Efikasi diri tersebut didapat melalui social models yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga mendorong seseorang untuk melakukan modelling. Namun efikasi diri yang didapat tidak akan terlalu berpengaruh bila model yang diamati tidak memiliki kemiripan atau berbeda dengan model.

c. Social persuasionInformasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas.

d. Physiological & emotional stateKecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan somatic lainnya. Efikasi diri biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stres dankecemasan sebaliknya efikasi diri yang rendah ditandai oleh tingkat stres dan kecemasan yang tinggi pula.


Faktor – Faktor yang Mempengarui Self Efficacy

Greenberg dan Baron (Hambawany, 2007)  mengatakan ada dua faktor yang mempengaruhi efikasi diri, yaitu:
1.      Pengalaman langsung, sebagai hasil dari pengalaman mengerjakan suatu tugas di masa lalu (sudah pernah melakukan tugas yang sama di masa lalu).
2.      Pengalaman tidak langsung, sebagai hasil observasi pengalaman orang lain dalam melakukan tugas yang sama (pada waktu individu mengerjakan sesuatu dan bagaimana individu tersebut menerjemahkan pengalamannya tersebut dalam mengerjakan suatu tugas).

Aspek - Aspek Self Efficacy

Efikasi diri secara umum dibedakan ata s dua kelompok, yaitu efikasi diri khusus dan umum.Efikasi diri khusus mengacu pada konsep Bandura, meskipun pada tahun – tahun belakangan ini, efikasi diri umum telah digunakan sebagai dimensi untuk meneliti tentang kemampuan. Efiaksi diri khusus sangat beragam tergantung pada tugas khusus dan diolah secara kognitif oleh individu sebelum usaha tersebut dikembangkan. Sebaliknya efikasi diri umum merujuk pada keyakinan orang dalam keberhasilam mencapai prestasi hidup. Gibson (2003: 155), menyebutkan efikasi diri memiliki tiga dimensi, yaitu besaran, kekuatan dan generalitas. Besaran merujuk pada tingkat kesulitan minat yang diyakini individu bisa diatasi. Kekuatan meliputi keyakinan individu dalam melaksanakan kerja pada tingkat kesulitan khusus. Generalitas merujuk pada sejauh mana harapan berlaku umum dalam semua situasi.






2 komentar:

Andreas Rian Nugroho mengatakan...

Isinya sudah bagus mas/ mb, tapi lebih baik apabila dilengkapi dengan daftar pustaka

Unknown mengatakan...

Isinya bagus dan kebetulan skripsi saya mengangkat tema self efficacy dan kepuasan kerja. Bisa menjadi bahan belajar saya besok saat akan sidang. Lebih bagus lagi ditambah daftar pustaka . Thanks

Posting Komentar

 
Redesign by Syar'ie