Rabu, 29 Februari 2012

Konsep Dasar Komunikasi Bisnis

PENGERTIAN KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI BISNIS

Pengertian Komunikasi


Komunikasi ada di mana-mana: di rumah, ketika anggota-anggota keluarga berbincang di meja makan; di kampus, ketika mahasiswa-mahasiswa mendiskusikan hasil ujian; di kantor, ketika kepala bagian membagi projek; di masjid, ketika muballigh berkhotbah; di DPR, ketika wakil-wakil rakyat itu bersidang; juga di taman, ketika seorang pecinta mengungkapkan rindu dendamnya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia.


Sekitar 75% dari seluruh waktu manusia digunakan untuk berkomunikasi (Tubbs & Moss, 1996). Meskipun demikian, ketika manusia dilahirkan ia tidak dengan sendirinya dibekali kemampuan untuk berkomunikasi efektif. Kemampuan seperti itu bukan bawaan melainkan dipelajari.


Setiap orang, terlepas apa pun tujuannya dalam kehidupan, harus memperoleh tingkat minimum ketrampilan berkomunikasi untuk bertahan hidup. Komunikasi yang efektif memberikan keuntungan dalam mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan. Siapapun dan apapun pekerjaan seseorang, setiap orang tidak bisa tidak harus melakukan komunikasi. Sebuah survei atas 1.000 manajer personalia di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tiga ketrampilan terpenting bagi kinerja pekerjaan menyangkut komunikasi (berbicara, mendengarkan, dan menulis). Ketrampilan-ketrampilan tersebut melebihi pentingnya kecakapan teknis, pengalaman kerja, latar belakang akademik, dan surat rekomendasi (Adler & Elmhorst, 1996).

Dengan latar belakang tersebut di atas, pertanyaan dasar yang pertama diajukan adalah apakah ‘komunikasi’ itu? Dance & Larson (1976), sebagaimana dikutip oleh Pace & Faule (1998), telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berbeda-beda, namun tidaklah memungkinkan untuk membahas semua definisi tersebut.


Komunikasi, menurut Curtis et.al. (1996), adalah pertukaran pesan. Sedangkan Katz (1994) berpendapat bahwa komunikasi adalah proses bertukar pengertian. Selanjutnya, Tubbs & Moss (1996) mengatakan bahwa komunikasi adalah berbagi pengalaman. Sedangkan Luthans (1973) mendefinisikan komunikasi sebagai pemindahan informasi. Lain lagi dengan Pace & Faules (1998), mereka mendefinisikan komunikasi sebagai tindakan pertunjukan-pesan dan penafsiran-pesan.
Dari beberapa definisi tersebut di atas yang nampak berbeda-beda, sebenarnya mereka memiliki dua kesamaan yaitu bahwa dalam sebuah komunikasi terjadi pertukaran atau pemindahan dan adanya sesuatu yang dipertukarkan atau dipindahkan (yaitu pesan atau informasi)

Pengertian Komunikasi Bisnis


Apa pengertian ‘komunikasi bisnis’? ‘Komunikasi bisnis’ diartikan sebagai komunikasi yang terjadi dalam dunia bisnis dalam rangka mencapai tujuan dari bisnis itu (Katz, 1994). Istilah ‘bisnis’ dalam konteks ini diterjemahkan sebagai suatu organisasi perusahaan. Oleh karena itu, Pace & Faules (1998) menggunakan istilah ‘komunikasi organisasi’ yang diartikan sebagai suatu pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.


Mengapa komunikasi terjadi di dalam sebuah organisasi (perusahaan)? Jawabannya adalah bahwa ada beberapa alasan yang mengharuskan komunikasi terjadi di dalam sebuah organisasi, sebagai berikut:

1. Perlunya memberikan dan diberikan informasi (pesan). Para karyawan, manajer, klien, pelanggan, pemasok, pemerintah dan seterusnya akan berinteraksi di dalam dan dengan organisasi. Dalam interaksi tersebut mereka memberikan dan diberikan informasi (pesan).


2. Untuk mempengaruhi dan membantu orang lain. Antara lain bahwa para manajer perlu memotivasi para karyawan agar mereka bersedia untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan organisasi; para karyawan membantu para pelanggan untuk mengatasi permasalahan mereka.


3. Pentingnya mengambil keputusan dan mengatasi masalah. Sebelum pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan manajer memerlukan informasi.


4. Agar dapat mengawasi dan mengendalikan organisasi serta mengevaluasi kinerja organisasi berikut kinerja semua sumberdaya yang digunakan dalam organisasi.

Komunikasi Bisnis : Komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal.

Dua bentuk komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis :



1. Komunikasi Verbal
Verbal Communications merupakan bentuk komoditi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain melalui tulisan ataupun lisan, bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik. Contoh :


* Membuat dan mengirim surat teguran kepada nasabah yang menunggak pembayarannya
* Membuat dan mengirim surat penawaran harga barang kepada pihak lain
* Membuat dan mengirim surat konfirmasi barang kepada pelanggan
* Membuat dan mengirim surat pemesan barang (order) kepada pihak lain
* Membuat dan mengirim surat aduan (claim) kepada pihak lain.
* Membuat dan mengirim surat permintaan barang kepada pihak lain
* Membuat dan mengirim surat penolakan kerja
* Membuat dan mengirim surat kontrak kerja dengan pihak lain
* Berdiskusi dalam suatu tim kerja (teamwork)
* Melakukan wawancara kerja dengan para pelamar kerja
* Mengadakan briefing dengan staf karyawan
* Melakukan presentasi proposal pengembangan perusahaan
* Melakukan teleconference dengan pihak lain

Komunikasi Bisnis yang efektif sangat tergantung pada keterampilan seseorang dalam mengirim maupun menerima pesan. Secara umum, untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis, seseorang dapat mengunakan tulisan dan lisan. Sedangkan untuk menerima pesan-pesan bisnis, seseorang dapat menggunakan pendengaran dan bacaan.

Aneka Bentuk Komunikasi verbal dalam bisnis
a. Membaca dan menulis


umumnya dalam mengirimkan pesan-pesan bisnis orang lebih senang berbicara (speaking) daripada menulis (writing), alasannya komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis (efisien) dan cepat. Meskipun demikian bukan berarti bahwa komunikasi lewat tulisan tidak penting, karena tidak semua hal yang bisa disampaikan secara lisan.
Pesan yang sangat penting dan kompleks, lebih tepat disampaikan dengan menggunakan tulisan.


b. Mendengar dan membaca


Orang-orang yang terlibat dalam dunia bisnis cenderung lebih suka memperoleh atau mendapatkan informasi dari pada menyampaikan informasi. Untuk melakukan hal tersebut, mereka memerlukan keterampilan mendengar (listening) dan membaca (reading)

2. Komunikasi Nonverbal


Nonverbal communications merupakan bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis. Sebelum manusia menggunakan kata-kata, menusia telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Contoh dari komunikasi non verbal


* Menggertakan gigi untuk menunjukan kemarahan
* Gambar pria dan wanita yang dipasang dipintu toilet untuk menunjukan kamar sesuai dengan jenis kelamin
* Tersenyum dan berjabat tangan dengan orang lain untuk mewujudkan rasa senang, simpati dan penghormatan
* Membuang muka untuk menunjukan sikap tidak senang atau antipati terhadap orang lain
* Menggelengka kepala untuk menunjukan sikap menolak atau keheranan.
* Mengganggukan kepala untuk menunjukan tanda setuju atau OK
* Menutup mulut dengan telapak tangan untuk menunjukan suatu kebohongan
* Ruang tunggu sebuah Bank disediakan tanpa tempat duduk untuk menunjukan bahwa para nasabah akan dilayani dengan cepat tanpa harus menunggu lama.

Jadi dalam komunikasi nonverbal orang dapat mengambil suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang lain, baik rasa senang, benci, cinta, rindu dan sebagainya.


Komunikasi nonverbal penting artinya terutama dalam menyampaikan perasaan dan emosi, mendeteksi kecurangan atau kejujuran serta sifatnya yang efisien.
Keunggulan dari komunikasi nonverbal adalah kesahihannya (reliabilitas). Hal ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara umum orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata daripada menggunakan bahasa tubuh (bahasa isyarat)


Tujuan Komunikasi nonverbal
1. Menyediakan/memberikan informasi
2. Mengatur alur percakapan
3. Mnekspresikan emosi
4. Memberi sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal
5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain
6. mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya bagaimana mengayunkan tongkat golf yang benar dan baik.

Tahapan Proses Komunikasi
  1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
  2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
  3. Pengirim menyampaikan pesan
  4. Penerima menerima pesan
  5. Penerima menafsirkan pesan
  6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pegirim


Faktor penghambat komunikasi antara pengirim dan penerima pesan:

  1. Masalah dalam mengembangkan pesan,Mencakup antara lain munculnya keraugu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi atau asing dengan audiens, adanya pertentangan emosi, kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan.
  2.  Masalah dalam dalam menyampaikan pesan yaitu Terkait dengan sarana fisik untuk berkomunikasi. 
  3. Masalah dalam menerima pesan yaitu Gangguan yang umum terjadi kurangnya konsentrasi selama melakukan komunikasi, pikiran melayang kemana-mana, memikirkan hal-hal lain diluar yang dibicarakan.
  4. Masalah dalam menafsirkan pesan
  • Perbedaan latar belakang
  • Perbedaan penafsiran kata
  • Perbedaan reaksi emosional


Komunikasi Efektif memerlukan beberapa hal :
  • Persepsi
  • Ketepatan
  • Kredibilitas
  • Pengendalian
  • Keharmonisan

Komunikasi yang efektif dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi dengan memperhatikan tiga hal sebagai berikut :

1. Membuat suatu pesan secara lebih hati-hati
Gunakan bahasa yang jelas, sederhana, mudah dipahami, tidak bertele-tele, jelaskan poin-poin penting dan jangan lupa tekankan dan telaah ulang poin-poin yang penting.
2. Meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi
3. Mempermudah upaya umpan balik antara Si Pengirim dan Si Penerima pesan


HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI

Idealnya, rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan yang dipahami oleh penerima pesan. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. Mengapa ? Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang disebut sebagai faktor-faktor yang menghambat komunikasi. Faktor-faktor tersebut meliputi:


1. Faktor Media :
Media di sini menyangkut saluran dan alat komunikasi yang digunakan oleh mereka yang berkomunikasi. Jenis pesan (verbal & nonverbal) yang dikirimkan akan menentukan saluran dan alat komunikasi yang akan digunakan, sehingga ketidaktepatan memilih media (saluran & alat) komunikasi mudah menimbulkan kesalahpahaman.

2. Faktor Psikologi :
Hal-hal yang termasuk ke dalam faktor psikologi antara lain emosi, persepsi selektif, dan penyaringan dari pelaku komunikasi. Bagaimana emosi (perasaan) penerima pesan pada saat menerima pesan akan mempengaruhi bagaimana penerima pesan tersebut menafsirkan pesan itu. Di samping itu, penerima pesan dalam proses komunikasi secara selektif (memilah & memilih) melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latarbelakang, dan karakteristik pribadi penerima pesan itu. Juga, adanya kecenderungan pengirim pesan merekayasa (menyaring) pesan sedemikian rupa sehingga akan tampak lebih menguntungkan di mata penerima pesan.

3. Faktor Pendidikan :
Pendidikan di sini adalah tingkat pendidikan dari mereka yang melakukan komunikasi. Perbedaan tingkat pendidikan mengakibatkan antara lain, perbedaan penggunaan bahasa seperti istilah, akronim, singkatan, pilihan kata dan seterusnya, dan kondisi ini mudah menimbulkan kesalahpahaman di antara pelaku komunikasi itu.

4. Faktor Budaya :
Yang dimaksud dengan budaya di sini adalah budaya dari pelaku komunikasi tersebut. Perbedaan-perbedaan faktor budaya seperti bahasa, pola komunikasi nonverbal, norma, kepercayaan dan nilai yang berakar dalam sistem budaya keseluruhan mudah dan sering menimbulkan kesalahpahaman di antara pelaku komunikasi.

5. Faktor Mendengarkan :
Maksudnya adalah kemampuan mendengarkan dari mereka yang berkomunikasi. Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan ternyata bahwa orang lebih banyak mendengarkan dibandingkan membaca, berbicara, dan menulis. Jika orang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, lalu mengapa ‘mendengarkan’ menjadi masalah?

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa ada perbedaan antara ‘mendengar’ dan ‘mendengarkan. ‘Mendengar’ berarti semata-mata mengambil getaran bunyi. Sementara, ‘mendengarkan’ adalah mengambil makna dari apa yang didengar. Artinya, ‘mendengarkan’ merupakan proses yang rumit dan tidak sederhana yang melibatkan empat unsur yakni, mendengar, memperhatikan, memahami, dan mengingat.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ‘mendengarkan’ merupakan masalah bagi setiap orang yang berkomunikasi, karena adanya perbedaan individual dalam unsur-unsur ‘mendengarkan’ yaitu perbedaan kemampuan mendengar, memperhatikan, memahami, dan mengingat.

Controling ( Pengawasan)

Pengawasan atau Controlling adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.
Fungsi controlling berperan untuk mendeteksi potensi adanya deviasi atau kelemahan yang terjadi sebagai umpan balik bagi manajemen dari suatu kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaksanaannya. Hal-hal yang dicakup dalam fungsi controlling ini meliputi penciptaan standar atau kriteria, pembandingan hasil monitoring dengan standar, pelaksanaan perbaikan atas deviasi atau penyimpangan, pemodifikasian dan penyesuaian metode pengendalian dari kaca mata hasil pengendalian dan perubahan kondisi, serta pengkomunikasian revisi dan penyesuaiannya ke seluruh proses manajemen dengan harapan deviasi atau kelemahan yang pernah terjadi tidak terulang kembali.

Tujuan dari Pengawasan
Pada pokoknya dapat diketahui bahwa tujuan pengawasan adalah :
• Membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana serta instruksi¬-instruksi yang telah dibuat.
• Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan-kesulitan, kelemahan¬-kelemahan atau kegagalan-kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja.
• Untuk mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan, atau dengan kata lain disebut tindakan korektif.

Tipe-tipe Pengawasan
Berikut ini jenis-jenis pengawasan, yaitu :
• Pengawasan Internal dan Eksternal
o Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Setiap pimpinan unit dalam organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
o Pengawasan eksternal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi.

• Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
o Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara “on the spot” di tempat pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan inspeksi.
o Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa pengawasan “on the spot”.

• Pengawasan preventif dan represif
o Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan preventif ini biasanya berbentuk prosedur-prosedur yang harus ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan.
o Pengawasan represi adalah pengawasan yang dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan pengawasan represif dimaksud untuk mengetahui apakah kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Proses Pengawasan


3 (tiga) unsur pokok atau tahapan-tahapan yang selalu terdapat dalam proses pengawasan, yaitu:
1. Ukuran-ukuran yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta. Standar ukuran ini bisa nyata, mungkin juga tidak nyata, umum ataupun khusus, tetapi selama seorang masih menganggap bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.

2. Perbandingan antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi. Evaluasi ini harus dilaporkan kepada khalayak ramai yang dapat berbuat sesuatu akan hal ini.

3. Kegiatan mengadakan koreksi. Pengukuran-pengukuran laporan dalam suatu pengawasan tidak akan berarti tanpa adanya koreksi, jikalau dalam hal ini diketahui bahwa aktivitas umum tidak mengarah ke hasil-hasil yang diinginkan.

Selasa, 07 Februari 2012

Management Decision and Control

Management Decision and Control
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
Proses Pengambilan Keputusan
Fungsi dan tujuan pengambilan keputusan
Fungsi pengambilan keputusan yaitu :
·         Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut :
o   Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional
o   Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut dengan hari depan/masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama

Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua yaitu :
·         Tujuan bersifat tunggal yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah artinya sekali diputuskan dan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain
·         Tujuan bersifat ganda yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat kontradiktif atau bersifat tidak kontradiktif
Langkah dalam pengambilan keputusan
Mintzberg mengungkapkan bahwa langkah-langkah dalam pengambilan keputusan terdiri dari :
1.       Tahap identifikasi
·         Tahap ini adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Sebab tingkat diagnosis tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi
2.       Tahap pengembangan
·         Tahap ini merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas
3.       Tahap seleksi
·         Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi yakni dengan penilaian pembuat keputusan : berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Kemudian keputusan diterima secara formal dan otorisasi dilakukan.

Fase Pengambilan Keputusan

·         Aktivitas Intelegensia : proses kreatif untuk menemukan kondisi yang mengharuskan keputusan dipilih atau tidak.

·         Aktivitas Desain : kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar Aktivitas Intelegensia untuk mencapai tujuan.
Aktifvitas Desain meliputi :
·         menemukan cara-cara/metode
·         mengembangkan metode
·         menganalisa tindakan yang dilakukan

·         Aktivitas Pemilihan : memilih satu dari sekian banyak alternatif dalam pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang telah ditetapkan.
Dari tiga aktivitas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilan keputusan adalah :
·         Mengidentifikasi masalah utama
·         Menyusun alternatif
·         Menganalisis alternatif
·         Mengambil keputusan yang terbaik

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu :

·         Internal Organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan, teknologi dan sebagainya
·         Eksternal Organisasi seperti keadaan sosial politik, ekonomi, hukum dan sebagainya
·         Ketersediaan informasi yang diperlukan
·         Kepribadian dan kecapakan pengambil keputusan

Dasar-dasar pendekatan pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan harus dilandasi oleh prosedur dan teknik serta didukung oleh informasi yang tepat (accurate), benar (reliable) dan tepat waktu (timeliness). Ada beberapa landasan yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang sangat bergantung dari permasalahan itu sendiri.  Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
·         Intuisi
o   Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaam memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisn ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
o   Keuntungan :
§  waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
§  untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini akan memberikan kepuasan pada umumnya
§  kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
o   Kelemahan :
§  Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik
§  Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya
§  Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
·         Pengalaman
o   Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
·         Fakta
o   Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
·         Wewenang
o   Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
o   Kelebihan :
§  Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa
§  Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
§  Memiliki daya autentisitas (keaslian; kebenaran) yang tinggi
o   Kelemahan :
§  dapat menimbulkan sifat rutinitas
§  mengasosiasikan dengan praktik diktatorial
§  sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan
·         Logika
o   Pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
§  kejelasan masalah
§  orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
§  pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
§  preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
§  hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal

Tipe Keputusan Manajemen
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
1.       Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yang berulang-ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah.  Cth : keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang, dll.
2.       Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yang sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-perhitungan serta analisis yg terperinci. Cth : keputusan membeli sistem komputer yang lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
3.       Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yang  tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas.  Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur itu tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting didalam pengambilan keputusan tidak terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi. 

Total Quality Management Desicion
Total Quality Management (TQM) adalah suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat.
Employee empowerment yaitu melibatkan karyawan dalam langkah proses produksi, dapat di lakukan dengan mengembangkan jaringan komunikasi yang melibatkan konsumen, mengembangkan supervise yang terbuka dan suportif, melimpahkan tanggung jawab dari manajer dan staf ke karyawan, membangun moralitas organisasi, dan menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim dan gugus kendali mutu.
Kaizen yaitu sebuah istilah Jepang yang berarti “Continuous improvement”. Continuous improvement yaitu mensyaratkan suatu proses perbaikan terus menerus yang tidak pernah berhenti meliputi orang, peralatan, supplier, material dan prosedur-prosedur.

 
Redesign by Syar'ie