Pengertian Perencanaan Agregat
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan olehpara manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, danvariabel lain yang dapat dikendalikan.
Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dankuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
Tujuan Perencanaan Agregat
Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah berusaha untuk memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Permasalahan strategis yang dimaksud itu antara lain mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan menghubungkan sasaran strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa, penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
· Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output
· Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak pada waktu agregat.
· Metode untuk menentukan biaya
· Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat dibuat untuk periode perencanaan
Sifat Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti mengombinasikan sumber daya yang sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas fasilitas, tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan, perencana harus memilih tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 18 bulan yang akan datang. Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per produk tetapi menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa mempermasalahkan jenis dari produk tersebut. Sebagai contoh pada perusahaan pembuat mobil, hanya memperhitungkan berapa banyak mobil yang akan dibuat, tetapi bukan berapa banyak mobil dua pintu atau empat pintu atau berapa banyak mobil berwarna merah atau biru.
Hubungan Input dan Output Perencanaan Agregat
Gambar di atas memperlihatkan bahwa dalam membuat rencana agregat untuk produksi, manajer operasi tidak hanya menerima input mengenai prediksi permintaan dari bagian pemasaran, tetapi harus pulaberhadapan dengan data keuangan, personel (tenaga kerja), persediaan
kapasitas eksternal (subkontraktor), dan ketersediaan bahan baku/mentah. Didalam sebuah lingkungan manufaktur, proses untuk menguraikan rencana agregat secara lebih terinci disebut disagregasi (disagregation). Disagregasi menghasilkan sebuah jadwal produksi induk (master production schedule),yang menyediakan input bagi system perencanaan kebutuhan material(material requirement planning-MRP system). Master production schedule menangani pembelian atau produksi komponen yang diperlukan untuk membuat produk akhir. Jadwal kerja yang terinci bagi orang-orang dan prioritas penjadwalan bagi produk menghasilkan tahap akhir system perencanaan produksi.
Biaya yang Terlibat Dalam Perencanaan Agregat
Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :
· Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan training. Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.
· Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang akan ditanggungperusahaan.
· Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya 150% dari biaya kerja regular.Disamping biaya tersebut, adanya lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung biaya menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
· Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya biaya penyimpanan(inventory cost/holding cost) yang berupa biaya tertahannya modal,pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini pada system MTO(Make to order =Memproduksii berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS (make to stock =Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.
· Subcontract Cost (biaya subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular,biasanya perusahaan mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari kontraktor.
Strategi Perencanaan Agregat.
Terdapat delapan pilihan secara lebih terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan kapasitas (capacity option) atau disebut strategi perencanaan agregat secara murni (Pure Strategy) sebab pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan. Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan (demand option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi perubahan pola permintaan selama periode perencanaan. Strategi-strategi ini melibatkan manipulasi persediaan, nilai produksi, tingkat tenaga kerja,kapasitas, dan variabel lain yang dapat dikendalikan
Pilihan Kapasitas / Pure Strategy
Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar(produksi) berikut:
1. Mengubah tingkat persediaan
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi ini dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa dimana permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk.
2 . Meragamkan jumlah tenaga kerja
Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan.Salah satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan, dan produktivitas rata-rata menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.
3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan.Pada sisi lain, disaat permintaan menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya merupakan proses yang sulit.
4. Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi.Bagaimana pun, subkontrak, memiliki beberapa kekurangan antaralain :
- Mahal
- Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing
- Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.
5. Penggunaan karyawan paruh waktu
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan direstoran, toko eceran, dan supermarket.
Ø Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :
6. Mempengaruhi permintaan.
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan tarif musim sepi; perusahaan telepon membebankan biaya yang lebih murah pada malam hari; beberapa perguruan tinggi member diskon bagi warga senior; dan pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin. Bagaimana pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.
7. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.
Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi yang mungkin dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan tunggakan pesanan,tetapi pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
8. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musimyang berbeda).Sebuah teknik
pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para pengusaha manufaktur adalah mengembangkan sebuah produk yang merupakan perpaduan dari barang counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang membuat pemanas dan pendingin ruangan atau mesin pemotong rumput dan penyingkir salju. Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk atau jasa di luar area keahlian atau target pasar mereka.
Ø Strategi Campuran ( mixed Strategy )
Walupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat menghasilkan sebuah jadwal agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkinakan lebih baik
Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan permintaan telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-pilihan yang layak itu digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi lalu membuat rencana agregat berdasarkan pada prediksi itu. Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manager operasi masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana ini dapat terdiri dari :
· strategi perburuan (chase strategy)
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan merekrut atau menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produks idengan waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu,atau subkontrak.
· strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy).
Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap samadari periode ke periode. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan dan produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.
Keuntungan dan Kerugian Masing-Masing Strategi Perencanaan Agregat
Pilihan | Keunggulan | Kerugian | Beberapa Komentar |
Mengubah tingkat persediaan | Perubahan sumber daya manusia terjadi secara bertahap atau tidak ada perubahan produksi secara tiba-tiba | Biaya penyimpanan persediaan dapat meningkat. Kekurangan persediaan dapat menyebabkan kehilangan pernjualan | Diterapkan terutama untuk produksi dan operasi, bukan jasa |
Meragamkan jumlah tenaga kerja dengan merekrut atau memberhentikan karyawan | Menghindari biaya alternative lain | Biaya perekrutan, PHK, dan pelatihan mungkin berjumlah besar. | Digunakan di mana jumlah angkatan kerja besar |
Meragamkan tingkat produksi melalui waktu lembur atau waktu kosong | Menyesuaikan fluktuasi musiman tanpa biaya perekrutan / pelatihan | Upah lembur mahal; karyawan lelah; mungkin tidak dapat memenuhi permintaan | Memungkinkan fleksibilitas dalam rencana agregat |
Subkontrak | Membolehkan adanya fleksibilitas dan memuluskan output perusahaan | Kehilangan pengendalian mutu; mengurangi keuntungan; kehilangan bisnis di masa datang | Diterapkan terutama dalam penentuan produksi |
Menggunakan karyawan paruh waktu | Lebih murah dan lebih fleksibel daripada karyawan penuh waktu | Biaya perputaran karyawan/ pelatihan tinggi; sulit membuat penjadwalan | Baik untuk pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan di wilayah dengan jumlah tenaga kerja sementara yg bnyak |
Mempengaruhi permintaan | Mencoba untuk menggunakan kapasitas berlebih; diskon menarik pelanggan baru | Ketidakpastian permintaan, sulit untuk menyesuaikan permintaan pada pasokan ssecara tepat | Menciptakan ide-ide pemasaran, sering digunakan overbook ( permintaan melebihi pasokan) dalam beberapa jenis usaha |
Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi | Dapat menghindari lembur, menjaga kapasitas tetap konstan | Pelanggan harus mau menunggu, tetapi kehendak baik akan hilang | Banyak perusahaan melakukan tunggakan pesanan |
Perpaduan produk dan jasa counterseasonal | Sumber daya yang dimanfaatkan secara penuh; memungkinkan tenaga kerja stabil | Mungkin membutuhkan keahlian atau peralatan diluar keahlian perusahaan | Sangat berisiko untuk menemukan produk atau jasa dengan pola permintaan yang berlawanan |
Metode – Metode Perencanaan Agregat.
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregatini tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Dengan pendekatan Optimasi :
– progamma linier
– aturan HMMS (Linier Decision Rule)
– search Decision Rule, dll
b. Dengan pendekatan Heuristik :
– metode grafik
– metode koefisien manajemen
– metode parametric, dll
Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun pada prinsipnya semua metode yang ada akan menghasilkan kecepatan produksi pada periode perencanaan yang dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.
1 Metode grafik dan diagram (graphical and charting techniques)
Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami dan digunakan. Pada dasarnya, rencana ini menggunakan beberapa variable secara bersamaan agar perencana dapat membandingkan permintaan yang diproyeksikan dengan kapasitas yang ada.
Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak menjamin terciptanya rencana produksi yang optimal, tetapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat dilakukan oleh staf yang palingdasar pekerjaannya (karyawan administrasi).
Tahapan dalam metode ini adalah:
A. A. Tentukan permintaan pada tiap periode.
B. B. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak untuk tiap periode
C. C. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan serta biaya penahanan persediaan.
D. D. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan tingkatan persediaan.
E. E. Kembangkan rencana alternative dan amati biaya totalnya.
2. Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan
Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak dikembangkan diantaranya:
A. A. Metode Transportasi Dalam Program Linear Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program linear.
B. B. Linear Decision Rule Merupakan model perencanaan agregat yang berupaya untuk mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.
Contoh Perhitungan Metode Grafik dan Diagram
1. Gambarkan histogram permintaan dan tentukan kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang diperlukan untuk memenuhi permintaan.
2. Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap waktu serta grafik permintaan rata-rata kumulatif terhadap waktu. Identifikasikan periode
– periode tempat terjadinya kekurangan barang (back order) dan periode-periode adanya kelebihan barang (inventory).
3. Tentukan strategi yang akan digunakan untuk menanggulangi kekurangan dan kelebihan barang tersebut.
4. Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan pilih yang memberikan ongkos terkecil.
Contoh berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis ini.
Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan produknya secara
agregat yang dapat diliihat pada Tabel sebagai berikut :
Periode | Permintaan | Kumulatif Permintaan |
1 | 220 | 220 |
2 | 170 | 390 |
3 | 400 | 790 |
4 | 600 | 1.390 |
5 | 380 | 1.770 |
6 | 200 | 1.970 |
7 | 130 | 2.100 |
8 | 300 | 2.400 |
Kecepatan Produksi
Histogram dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan bagaimana permintaan menyimpang dari rata-rata kebutuhan. Dengan menggunakan strategi murni beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu :
1. Alternatif 1 : Mengendalikan jumlah tenaga kerja
Alternatif ini melibatkan penambahan dan pengurangan jumlah tenagakerja sesuai dengan kebutuhan. Laju produksi akan sama dengan permintaan. Biaya rencana ini yaitu Rp 138.000,-
Periode | Permintaan | Biaya Penambahan Tenaga Kerja | Biaya Pengurangan Tenaga Kerja | Biaya Total |
1 | 220 | - | - | - |
2 | 170 | - | 500 | 500 |
3 | 400 | 23.000 | - | 23.000 |
4 | 600 | 20.000 | - | 20.000 |
5 | 380 | - | 33.000 | 33.000 |
6 | 200 | - | 27.000 | 27.000 |
7 | 130 | - | 10.500 | 10.500 |
8 | 300 | 17.000 | - | 17.000 |
Total | 138.000 |
2. Alternatif 2 : Mengendalikan jumlah persediaan
Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah tenaga kerja,maka strategi yang dapat dilakukan yaitu memproduksi dengan laju rata rata permintaan dan fluktuasi permintaan dipenuhi menggunakan persediaan. Rencana ini dihitung pada tabel berikut dan berdasarkan perhitungan di bawah, kekurangan maksimum sebesar 270 unit terjadi pada periode 5. Karena adanya ketidakpastian dalam peramalan maka kekurangan ini dipenuhi mulai dari periode pertama. Biaya rencana total Rp.96.500,-,
Periode | Permintaas | Kumulatif Permintaan | Kecepatan Produksi | Kumulatif Produksi | Persediaan | Penyesuaian Persediaan (270 unit) | Biaya Persediaan |
1 | 220 | 220 | 300 | 300 | 80 | 350 | 17.500 |
2 | 170 | 390 | 300 | 600 | 210 | 480 | 24.000 |
3 | 400 | 790 | 300 | 900 | 110 | 380 | 19.000 |
4 | 600 | 1.390 | 300 | .200 | -190 | 80 | 4.000 |
5 | 380 | 1.770 | 300 | 1.500 | -270 | 0 | 0 |
6 | 200 | 1.970 | 300 | 1.800 | -170 | 100 | 5.000 |
7 | 130 | 2.100 | 300 | 2.100 | 0 | 240 | 13.500 |
8 | 300 | 2.400 | 300 | 2.400 | 0 | 270 | 13.500 |
Total | 96.500 |
3. Alternatif 3: Subkontrak
Perusahaan menginginkan memproduksi sejumlah permintaan minimum dan sisa permintaan dipenuhi dengan subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,-
Periode | Permintaan | Kecepatan Produksi | Subkontrak | Biaya Total |
1 | 220 | 130 | 90 | 7.200 |
2 | 170 | 130 | 40 | 3.200 |
3 | 400 | 130 | 270 | 21.600 |
4 | 600 | 130 | 470 | 37.600 |
5 | 380 | 130 | 250 | 20.000 |
6 | 200 | 130 | 70 | 5.600 |
7 | 130 | 130 | 0 | 0 |
8 | 300 | 130 | 170 | 13.600 |
Total | 108.300 |
4. Alternatif 4 : Strategi Hibrid
Strategi hibrid dilakukan dengan menggabungkan beberapa strategi murni dengan kebijaksanaan sebagai berikut :
1. Laju produksi konstan sebesar 200 unit/3 bulan dan dimungkinkan untuk melakukan lembur sebesar 25 % jika permintaan melebihi laju produksi.
2. Jika dengan lembur belum terpenuhi, penambahan-pengurangan tenaga kerja akan dilakukan.
Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat pada tabel berikut,:
Periode | Permintaan | Produksi jam normal | Kebutuhan tambahan setelah jam normal | Produksi jam lembur | Kebutuhan jam normal + jam lembur | Biaya persediaan | Biaya lembur | Biaya perubahan tenaga kerja | Total Biaya |
1 | 220 | 200 | 20 | 50 | -30 | 1.500 | 1.000 | 0 | 2.500 |
2 | 170 | 200 | -30 | - | -30 | 3.000 | 0 | 0 | 3.000 |
3 | 400 | 200 | 200 | 50 | 150 | 0 | 1.000 | 9.000 | 10.000 |
4 | 60 | 200 | 400 | 50 | 350 | 0 | 1.000 | 26.000 | 27.000 |
5 | 380 | 200 | 180 | 50 | 30 | 0 | 1.000 | 33.000 | 34.000 |
6 | 200 | 200 | 0 | - | - | 0 | 0 | 19.500 | 19.500 |
7 | 130 | 200 | -70 | - | -70 | 3.500 | 0 | 0 | 3.500 |
8 | 300 | 200 | 100 | 50 | 50 | 1.000 | 1.000 | 0 | 2.000 |
Total | 101.500 |
Strategi | Biaya Total |
Mengendalikan jumlah tenaga kerja | 138.000 |
Mengendalikan jumlah persediaan | 96.500 |
Subkontrak | 108.300 |
Strategi Hibrid | 101.500 |
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel diatas, biaya rencana total Rp 101500,-. Jika dilakukan analisa, alternative 2 yaitu mengendalikan jumlah persediaan ternyata lebih murah dibandingkan melakukan penambahan pengurangan tenaga kerja, subkontrak, maupun strategi hibrid. Berdasarkan hasil diatas, beberapa kombinasi strategi murni masih dapat dilakukan. Walaupun metode grafik tidak memberi solusi optimum, tetapi sangat membantu sebagai pegangan untuk melakukan operasi harian.
Contoh Perencanaan Agregat Metode Tabular ( model transportasi )
Metode transportasi digunakan untuk model program linier. Berikut ini akan dibahas suatu kasus menggunakan model transportasi dengan data-data :
Permintaan :
Periode | 1 | 2 | 3 | 4 |
Permintaan | 500 | 800 | 1700 | 900 |
Kapasitas :
Pasokan Yang Ada | ||||
Periode | Jam Normal | Jam Lembur | Subkontrak | |
1 | 700 | 250 | 500 | |
2 | 800 | 250 | 500 | |
3 | 900 | 250 | 500 | |
4 | 500 | 250 | 500 |
· Persediaan Awal : 100 unit
· Persediaan akhir yang diinginkan : 150 unit
· Biaya lembur :Rp 125/unit
· Biaya Subkontrak :Rp 150/unit
· Biaya jam Normal :Rp 100/unit
· Biaya Persediaan :Rp 20/unit/periode
Penyelesaian :
Keterangan :
1. Total Cost : 400(100) + 300 (140) + 800(100) + 250(145) + 900(100) + 250(125) + 500(100) + 350(125)
= 445.750
2. Yang diproduksi adalah :
Periode | Rencana Produksi | Permintaan |
1 | 700 | 500 |
2 | 1.050 | 800 |
3 | 1.150 | 1.700 |
4 | 1.250 | 900 |
Berarti yang diproduksi ≠ ∑ Permintaan
System produksi tidak Back Order sehingga kebutuhan pada periode I tidak mungkin dipenuhi oleh periode 2.
Jadwal produksi induksinya adalah :
Kwartal I 700 unit
II 1.050 unit
III 1.150 unit
IV 1.250 unit
by: C.Pratanto