Budaya Organisasi
Budaya perusahaan sering juga disebut budaya kerja, karena tidak bisa dipisahkan dengan kinerja (performance) Sumber Daya Manusia (SDM); makin kuat budaya perusahaan, makin kuat pula dorongan untuk berprestasi.
Budaya perusahaan (corporate culture) memang sulit didefinisikan secara tegas dan sulit diukur, namun bisa dirasakan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam perusahaan tersebut. Suatu perusahaan yang mempunyai budaya perusahaan yang kuat bahkan dapat terlihat atau teramati oleh peninjau dari luar perusahaan, yang mengamati. Pengamat tersebut akan merasakan suasana yang khas dan lain dari pada yang lain, di dalam perusahaan tersebut, bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
Oleh karena suatu organisasi terbentuk dari kumpulan individu yang berbeda baik sifat, karakter, keahlian, pendidikan, dan latar belakang pengalaman dalam hidupnya, perlu ada pengakuan pandangan yang akan berguna untuk pencapaian misi dan tujuan organisasi tersebut, agar tidak berjalan sendiri-sendiri. .
Penyatuan pandangan dari Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam perusahaan ini diperlukan dalam bentuk ketegasan dari perusahaan, yang dituangkan dalam bentuk budaya kerja yang akan mencerminkan spesifikasi dan karakter perusahaan tersebut. Budaya kerja ini akan menjadi milik dan pedoman bagi seluruh lapisan individu yang ada di dalam perusahaan/organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya. Budaya kerja inilah yang sering kita dengar sekarang dengan istilah Corporate Culture.
Oleh karena suatu organisasi terbentuk dari kumpulan individu yang berbeda baik sifat, karakter, keahlian, pendidikan, dan latar belakang pengalaman dalam hidupnya, perlu ada pengakuan pandangan yang akan berguna untuk pencapaian misi dan tujuan organisasi tersebut, agar tidak berjalan sendiri-sendiri. .
Penyatuan pandangan dari Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam perusahaan ini diperlukan dalam bentuk ketegasan dari perusahaan, yang dituangkan dalam bentuk budaya kerja yang akan mencerminkan spesifikasi dan karakter perusahaan tersebut. Budaya kerja ini akan menjadi milik dan pedoman bagi seluruh lapisan individu yang ada di dalam perusahaan/organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya. Budaya kerja inilah yang sering kita dengar sekarang dengan istilah Corporate Culture.
Pengertian Budaya Organisasi
Walaupun sulit didefinisikan secara tegas, untuk data memahami apa yang dimaksudkandengan budaya organisasi ada beberapa batasan atau pernyataan yang dapat membantu penyamaan persepsi, atau setidaknya pemahaman mengenai budaya perusahaan.
Schein,E.H. mencoba memberikan beberapa pengertian umum mengenai budaya perusahaan:
1. Observed behavioral regularities when people interact. (Keteraturan-keteraturan perilakuyang teramati apabila orang berinteraksi.)
2. The norms that evolve in workin group?. (Norma-norma yang berkembang dalam kelompok kerja.)
3. The dominant values espoused by an organization. (Nilai-nilai yang dominan yang didukungoleh suatu organisasi.)
4. The philosophy directing the organization policy. (Filosofi yang mengarahkan kebijaksanaan organisasi.)
5. The rule of the game for getting along inthe organization. (Aturan permainan yang harus ditaatiuntuk dapat diterima sebagai anggota di dalam organisasi.)
6. The feeling or climate in an organization?. (Perasaan atau iklim dalam suatu organisasi.)
Walaupun sulit didefinisikan secara tegas, untuk data memahami apa yang dimaksudkandengan budaya organisasi ada beberapa batasan atau pernyataan yang dapat membantu penyamaan persepsi, atau setidaknya pemahaman mengenai budaya perusahaan.
Schein,E.H. mencoba memberikan beberapa pengertian umum mengenai budaya perusahaan:
1. Observed behavioral regularities when people interact. (Keteraturan-keteraturan perilakuyang teramati apabila orang berinteraksi.)
2. The norms that evolve in workin group?. (Norma-norma yang berkembang dalam kelompok kerja.)
3. The dominant values espoused by an organization. (Nilai-nilai yang dominan yang didukungoleh suatu organisasi.)
4. The philosophy directing the organization policy. (Filosofi yang mengarahkan kebijaksanaan organisasi.)
5. The rule of the game for getting along inthe organization. (Aturan permainan yang harus ditaatiuntuk dapat diterima sebagai anggota di dalam organisasi.)
6. The feeling or climate in an organization?. (Perasaan atau iklim dalam suatu organisasi.)
Jadi pada dasarnya Organization Culture? atau budaya organisasi mempunyai pengertian sebagai aturan main yang ada di dalam perusahaan yang akan menjadi pegangan dari Sumber Daya Manusia (SDM)-nya dalam menjalankan kewajibannya dan nilai-nilai untuk berprilaku di dalam organisasi tersebut.
Dapat juga dikatakan, budaya organisasi adalah pola terpadu perilaku manusia di dalam organisasi/perusahaan termasuk pemikiran-pemikiran, tindakan-tindakan, pemicaraan-pembicaraan yang dipelajari dan diajarkan kepada generasi berikutnya.
Budaya organisasi akan lebih bijaksana bila kita definisikan sebagai pola-perilaku organisasi bersama yang dimiliki oleh anggota organisasi secara sadar, baik dalam kacamata keseluruhan atau tiap sub-kelompok dalam organisasi. Dengan definisi semacam ini, dapat kita tarik kategori yang lebih luas tentang Budaya organisasi, yaitu tidak cuma sekedar nilai tapi sampai tataran perilaku yang terpola dan sadar (buakn karena paksaan sistem atau lainnya). Tidak Cuma nilai-nilai yang baik, tapi juga nilai-nilai tidak baik yang bisa jadi akan menghasilkan budaya yang jelak juga. Tidak Cuma organisasi secara makro, tetapi juga sub-kelompok (atau kelompok informal) bisa punya budaya sendiri-sendiri. Definisi lebih dalam pada bab berikutnya yah, tentang Hakekat Budaya Organisasi.
Budaya Organisasi dan Manajer
Dengan pengertian, Budaya Organisasi (yang baik tentunya) memiliki peranan yang besar bagi organisasi. Dengan adanya Budaya organisasi, maka manajer akan bisa ‘mengajak’ setiap anggota organisasinya untuk berperilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. Tanpa adanya budaya organisasi, manajer perlu melakukan control yang begitu ketat terhadap masing-masing perilaku anggotanya, satu per satu.
Pentingnya budaya organisasi, secara otomatis berimplikasi pada pentingnya seorang amnajer untuk menguasai teori pembangunan budaya organisasi. Dengan menguasai teori pembangunan budaya organisasi, maka seorang manajer akan dapat melakukan pemilihan budaya yang tepat untuk konteks organisasinya. Ini penting, karena dengan budaya yang tepat, maka manajer akan dapat mengarahkan perilaku organisasi para anggotanya secara tepat pula untuk mencapai tujuannya. Alias meminimalisir perilaku menyimpang yang berpotensi menghancurkan organisasi dari dalam.
Tanggung jawab utama untuk budaya organisasi ini berada di pundak manajemen-para pembuat keputusan dalam organisasi. Para manajer sukses berusaha menciptakan budaya organisasi yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Sebagai contoh, pihak manajemen General Motors (GM) menyadari adanya pengaruh usaha para buruh industri otomotif terhadap produktivitas perusahaan pada decade terakhir dengan berusaha megubah budaya perusahaan. Manajemen GM membuang jauh-jauh budaya yang selama ini memandang para karyawan hanya sebagai sekrup perusahaan menjadi “sumber daya potensial perusahaan”. “Kami ingin mereka (para karyawan) dapat mengembangkan sebuah rencana kerja tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk membuat GM menjadi perusahaan yang lebih berhasil”, menurut wakil presiden GM bidang komunikasi.
Seorang akhli mengumpamakan bahwa untuk mengukur tinggi rendahnya tingkat budaya organisasi adalah seperti pengukuran iklim dalam konsep meteorologi, dimana untuk mengetahui cuaca harus dapat diidentifikasi beberapa variabel antara lain temperatur, tingkat kelembaban, curah hujan dan lain-lain. Begitu pula budaya organisasi, dapat dilihat dari iklim kerja antara lain motivasi kerja, komunikasi yang termasuk didalamnya rasa kebersamaan, kepemimpinan para manajer, pemahaman terhadap visi dan misi organisasi .
Indikator budaya suatu organisasi kuat apabila : pertama, setiap anggota organisasi menghormati hak dan martabat anggota organisasi sebagai individu dan posisi profesional anggota lainnya; kedua, nilai-nilai dan kebiasaan yang hidup dalam organisasi memotivasi anggota organisasi bekerja dengan ikhlas dan merasa nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya; perbedaan pendapat dapat dikelola dengan baik, sehingga merupakan dinamika yang mendorong nilai tambah bagi organisasi; ketiga, anggota organisasi “menari dengan penuh improvisasi dengan irama gendang yang sama”; keempat, rasa nyaman dari mitra kerja dan masyarakat yang dilayani oleh organisasi yang bersangkutan; kelima, terjadinya keselarasan antara budaya organisasi dengan struktur, Visi dan Misi organisasi.
Indikator budaya suatu organisasi kuat apabila : pertama, setiap anggota organisasi menghormati hak dan martabat anggota organisasi sebagai individu dan posisi profesional anggota lainnya; kedua, nilai-nilai dan kebiasaan yang hidup dalam organisasi memotivasi anggota organisasi bekerja dengan ikhlas dan merasa nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya; perbedaan pendapat dapat dikelola dengan baik, sehingga merupakan dinamika yang mendorong nilai tambah bagi organisasi; ketiga, anggota organisasi “menari dengan penuh improvisasi dengan irama gendang yang sama”; keempat, rasa nyaman dari mitra kerja dan masyarakat yang dilayani oleh organisasi yang bersangkutan; kelima, terjadinya keselarasan antara budaya organisasi dengan struktur, Visi dan Misi organisasi.
Penanaman Budaya Organisasi Kepada Pimpinan dan Manager
Penerapan budaya organisasi sangat ditentukan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan. Pimpinan dan manajer harus memiliki komitmen yang kuat untuk memegang teguh dan menerapkan budaya organisasi. Hal ini perlu ditanamkan terlebih dulu kepada pimpinan dan manajer, setelah itu baru dapat disosialisasikan kepada karyawan dan konsumen.
Peran Manajerial Level Dalam Melakukan Sosialisasi Budaya Organisasi.
1. Seleksi terhadap calon karyawan
Pimpinan harus lebih selektif dalam menerima calon karyawan. Karyawan harus memenuhi kualifikasi persyaratan yang telah ditentukan agar mereka mampu berpedoman pada sisten nilai dan norma-norma yang terkandung dalam budaya organisasi.
2. Penempatan karyawan
Penempatan karyawan haruslah sesuai dengan kemampuan dan bidang keahliannya. Dengan begitu, karyawan mampu memegang teguh budaya organisasi.
3. Pendalaman bidang pekerjaan
Pendalaman bidang pekerjaan karyawan dan pemahaman tugas, hak dan kewajiban perlu dilakukan oleh pimpinan. Pendalaman bidang pekerjaan karyawan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan analisis kebutuhan dan permasalahannya.
4. Pengukuran kinerja dan Pemberian penghargaan
Kinerja organisasi perlu diukur secara periodic 6 bulan atau minimal setiap tahun agar dapat dievaluasi perkembangannya dari tahun ke tahun berikutnya. Peningkatan kinerja organisasi harus diimbangi dengan pemberian penghargaan non materi dan materi secara adil dan layak kepada setiap individu organisasi yang berprestasi
5. Penanaman kesetiaan kepada nilai-nilai utama organisasi
Kesetiaan kepada nilai-nilai utamaseperti mengutamakan memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. Penanaman kesetiaan kepada nilai-nilai utama organisasi kepada seluruh individu organisasi agar mereka bekerja berlandaskan pada moral, mencapai prstasi optimal dan bekerja untuk Tuhan Y.M.E
6. Memperluas Informasi/ cerita/ berita tentang budaya organisasi
Pimpinan dan manager perlu memperluas informasi atau menceritakan peraturan-peraturan organisasi, kepegawaian dan sanksi-sanksi kerja kepada karyawan agar mereka mampu memahami dan mematuhinya.
7. Pengakuan dan Promosi karyawan
Pimpinan perlu memberikan pengakuan dalam bentuk promosi jabatan bagi karyawan yang berprestasi tinggi, memberikan predikat karyawan teladan karyawan teladan berdasarkan kondite dan prestasi mereka. Begitu pula promosi jabatan dan predikat terbaik agar mereka dapat memegang teguh budaya organisasi.
1. Seleksi terhadap calon karyawan
Pimpinan harus lebih selektif dalam menerima calon karyawan. Karyawan harus memenuhi kualifikasi persyaratan yang telah ditentukan agar mereka mampu berpedoman pada sisten nilai dan norma-norma yang terkandung dalam budaya organisasi.
2. Penempatan karyawan
Penempatan karyawan haruslah sesuai dengan kemampuan dan bidang keahliannya. Dengan begitu, karyawan mampu memegang teguh budaya organisasi.
3. Pendalaman bidang pekerjaan
Pendalaman bidang pekerjaan karyawan dan pemahaman tugas, hak dan kewajiban perlu dilakukan oleh pimpinan. Pendalaman bidang pekerjaan karyawan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan analisis kebutuhan dan permasalahannya.
4. Pengukuran kinerja dan Pemberian penghargaan
Kinerja organisasi perlu diukur secara periodic 6 bulan atau minimal setiap tahun agar dapat dievaluasi perkembangannya dari tahun ke tahun berikutnya. Peningkatan kinerja organisasi harus diimbangi dengan pemberian penghargaan non materi dan materi secara adil dan layak kepada setiap individu organisasi yang berprestasi
5. Penanaman kesetiaan kepada nilai-nilai utama organisasi
Kesetiaan kepada nilai-nilai utamaseperti mengutamakan memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. Penanaman kesetiaan kepada nilai-nilai utama organisasi kepada seluruh individu organisasi agar mereka bekerja berlandaskan pada moral, mencapai prstasi optimal dan bekerja untuk Tuhan Y.M.E
6. Memperluas Informasi/ cerita/ berita tentang budaya organisasi
Pimpinan dan manager perlu memperluas informasi atau menceritakan peraturan-peraturan organisasi, kepegawaian dan sanksi-sanksi kerja kepada karyawan agar mereka mampu memahami dan mematuhinya.
7. Pengakuan dan Promosi karyawan
Pimpinan perlu memberikan pengakuan dalam bentuk promosi jabatan bagi karyawan yang berprestasi tinggi, memberikan predikat karyawan teladan karyawan teladan berdasarkan kondite dan prestasi mereka. Begitu pula promosi jabatan dan predikat terbaik agar mereka dapat memegang teguh budaya organisasi.
Pentingnya Menguasai ilmu budaya organisasi bagi Manajer
Dengan menguasai / memahami budaya di suatu organisasi Manajer mampu membuat dan mengambil keputusan tentang penerapan budaya-budaya yang akan di terapkan itu sesuai dengan kondisi organisasi. Dan bila budaya organisasi berhasil di terapkan dan dikembangkan dengan baik, ini memberikan lingkungan yang kondusif bagi individu di dalamnya untuk saling berbagi. Lingkungan yang kondusif ini bukan hanya diciptakan dari proses dan sistem yang ada di dalamnya, tetapi terutama pada perilaku individu dan nilai-nilai yang mereka anut. Organisasi yang membentuk budayanya menjadi budaya pembelajar akan membentuk perilaku individu-individu di dalamnya untuk saling berbagi dengan rekan-rekannya secara sukarela. Mereka juga akan mendokumentasikan dan menjadikan pengetahuannya sebagai bagian dari proses yang hidup dalam organisasi.
by: C.Pratanto
0 komentar:
Posting Komentar