Etika dapat didefinisikan : studi
tentang apa yangbenar atau yang baik bagimanusia.
-mencoba untuk
menentukan apa yang orang harus lakukan, atau tujuan apa yang harus dikejar.
-Etika bisnis,
sebagai cabang dari etika terapan, adalah penelitian dan penentuan apa yang
benar dan baik dalam pengaturan bisnis.
Bisnis dan Etika
-Bisnis yang
diselenggarakan di Amerika Serikattunduk padahukum-hukumnya.
-Mereka juga
tunduk pada hukum negara lain di mana mereka beroperasi.
-Pembisnis
memiliki kewajiban untuk bertindak secara etisdalam menjalankan urusan mereka.
-Bisnis memiliki
tanggung jawab sosial tidak merugikan masyarakat.
-Satu set
prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang mengatur perilakudari seorang
individu atau kelompok.
-Apakah perilaku
halal tidak selalu perilaku etis.Hukum dapat mengizin kansesuatu yang secara
etika salah
Tujuan etika bisnis:
-Untuk memahami
moral isu-isu yang muncul dari praktek
bisnis, lembaga,dan pengambilan keputusan dan hubungan mereka dengan
nilai-nilai kemanusiaan.
-Untuk
meningkatkan pengambilan keputusan etika,Penting untuk memahami bagaimana orang
lain telah mendekati tugas.Beberapa contoh pertanyaan-pertanyaan etika bisnis
banyak dapat membantu untuk memperjelas definisi etika bisnis. Dalam hubungan
kerja, isu-isu etis yang tak terhitung jumlah nya muncul tentang keselamatan
dan kompensasi pekerja, hak-hak sipil (seperti perlakuan yang sama, privasi,
dan kebebasan dari pelecehan seksual), dan legitimasi whistle blowing.Dalam
hubungan antara bisnis dan pelanggan,masalah etika menyerap teknik pemasaran,produk keamanan,
dan perlindungan konsumen. Hubungan antara bisnis dan pemiliknya dengan
pertanyaan etis melibatkan tata kelola perusahaan, suara pemegang saham,dan
manajemen tugas kepada pemegang saham. Hubungan antara perusahaan yang bersaing
melibatkan berbagai etika, termasuk persaingan yang sehat dan efek kolusi.
Interaksi antara bisnis dan masyarakat pada hadiah besar etis dimensi tambahan:
polusi lingkungan fisik, komitmen terhadap masyarakat ekonomi dan sosial
infrastruktur, dan penipisan sumber daya alam.
Tidak hanya semua
masalah ini berulang padatingkat internasional, tapi yang tambahan menampilkan
diri,seperti penyuapan pejabat asing, eksploitasinegara-negara berkembang, dan
konflik antara budaya yang berbedadan nilai sistem. (Lihat "Aftermath
Bhopal.")
Dalam menyelesaikan
isu-isu etis yang diangkat oleh perilaku bisnis,akan sangat membantu untuk
menggunakan model melihat-mengetahui dan bertindak.
-Pertama,
pengambil keputusan harus melihat (mengidentifikasi) isuetis yang terlibat
dalam pelaksanaan yang diusulkan, termasuk implikasi etika dari berbagai
pilihan yang tersedia.
-Kedua, pembuat
keputusan harus tahu (menyelesaikan) dengan memilih pilihan terbaik. Akhirnya,
keputusan pembuat harus melakukan (melaksanakan) opsi yang dipilih dengan
mengembangkan dan menerapkan strategi.Bab ini pertama menyurvei etika yang
paling menonjol. Bab ini kemudian membahas standar etika dalam bisnis dan
tanggung jawab etika bisnis. Ini menyimpulkan dengan lima kasus bisnis yang
etis, yang memberikan siswa yang kesempatan untuk menerapkan model melihat -
mengetahui dan bertindak .
Teori Moral dan
etika bisnis
1. Etika Fundamentalism
Di bawah
fundamentalisme etis, atau absolutisme, individu melihat ke otoritas pusat atau
seperangkat aturan untuk membimbing mereka dalam pengambilan keputusan etis.
Ada yang berpaling ke Alkitab, yang lain melihatuntuk Quran atau
tulisan-tulisan Karl Marx atau nomor apapun dari nabi yang hidup atau
meninggal. Karakteristik pentingdari pendekatan ini adalah ketergantungan pada
sebuah kebijaksanaan repositori pusat. Dalam beberapa kasus,ketergantungan
tersebut bersifat total. Di lain,pengikut agama atau pemimpin spiritual
percaya, bahwa semua anggota kelompok wajib untuk menilai moral yang dilema
secara independen, menurut pemahaman masing-masing orangdari kaidah-kaidah
prinsip-prinsip dasar.
2. Etika Relativisme
Etika
Relativisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa tindakan harus dinilai sesuai
denganapa yang dirasakan individu benar atau salah menurut mereka. Hal ini
berpendapat bahwa bila ada dua individu atau budaya berbeda mengenai moralitas
isu atau tindakan tertentu.
3. Utilitarianisme
Utilitarianisme
adalah doktrin yang menilai baik dan buruknya dalam hal konsekuensi dari
tindakan.Teori moral yang mendikte orang harus memilih sebuah tindakan atau
mengikuti peraturan.Dua bentuk utama dari utilitarianisme adalah tindakan
utilitarianisme dan aturan utilitarianisme.Utilitarianisme menilai setiap
tindakan terpisah berdasarkan apakah hal tersebut akan memaksimalkan kesenangan
dari seluruh kesedihan. Misalnya, jika menceritakan kebohongan dalam situasi
tertentu menghasilkan kenikmatan, lebih dari keseluruhan kesedihan,maka
tindakan utilitarian akan mendukung berbohong sebagai
hal moral untuk
dilakukan. Peraturan utilitarianisme, terganggu oleh ketidakpastian tindakan
utilitarianisme dan potensinya untuk disalahgunakan, mengikuti pendekatan yang
berbeda. Peraturan utilitarianisme menyatakan bahwa aturan-aturan umum harus
ditetapkan dan diikutimeskipun, dalam beberapa hal, aturan berikut kurang bias
menghasilkan kesenangan daripada tidak diikuti. Itu menerapkan prinsip
utilitarian dalam aturan berkembang, oleh karena itu mendukung aturan pada
keseimbangan menghasilkan kepuasan terbesar.
Pengertian
utilitarian mendasari analisis biaya-manfaat, sebuah analisis alat yang
digunakan oleh bisnis dan manajer pemerintah hari ini. Analisis biaya-manfaat
pertama mengkuantifikasi istilah moneter dan kemudian membandingkan langsung
dan tidak langsung biaya dan manfaat dari alternatif program. Analisis
biaya-manfaat mencari efisiensi ekonomi.
4. Teori keadilan social Rawls
John Rawls dikenal
sebagai seorang filsuf yang secara keras mengkritik ekonomi pasar bebas.Baginya
pasa rbebas memberikan kebebasan bag isetiap orang, namun dengan adanya pasar
bebas maka keadilan sulit untuk ditegakkan.Oleh karena hal ini, ia
mengembangkan sebuah teori yang disebut teori keadilan. Menurut Rawls, prinsip
paling mendasar dari keadilan adalah bahwa setiap orang memiliki hak yang sama
dari posisi-posis imereka yang wajar.Karena itu, supaya keadilan dapat tercapai
maka struktur konstitusi politik, ekonomi, dan peraturan mengenai hak milik
haruslah sama bagi semua orang. Situasi seperti inidi sebut "kabut
ketidaktahuan" (veil of ignorance), di mana setiap orang harus
mengesampingkan atribut-atribut yang membedakannya dengan orang-orang lain,
seperti kemampuan, kekayaan, posisisosial, pandangan religious dan filosofis,
maupun konsepsi tentang nilai.Untuk mengukuhkan situasi adil tersebut perlu ada
jaminan terhadap sejumlah hak dasar yang berlaku bagi semua, seperti kebebasan
untuk berpendapat, kebebasan berpikir, kebebasan berserikat, kebebasan
berpolitik, dan kebebasan di mata hukum.Padadasarnya, teori keadilan Rawls
hendak mengatasi dua hal yaitu utilitarianisme dan menyelesaikan kontroversi
mengenai dilemma antara liberty (kemerdekaan) dan equality (kesamaan) yang
selama ini dianggap tidak mungkin untuk disatukan.Rawls secara eksplisit
memposisikan teorinya untuk menghadapi utilitarianisme, yang sejak pertengahan
abad 19 mendominasi pemikiran moralitas politik normatif liberalisme.
Kritik teori ini
:-Membangun "posisi original" untuk memilih prinsip moral tidak
mungkin di dunia nyata.
-Banyak orang di
masyarakat akan memilih untuk tidak memaksimalkan manfaat bagi orang
diuntungkan dalam masyarakat
5. Etika Kantian
Para penganut
etika deontologis, seperti Immanuel Kant (1724-1804) sebagai pelopornya
misalnya, berpendapat bahwa norma moral itu mengikat secara mutlak dan tidak
tergantung dari apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan
atau tidak. Misalnya norma moral "jangan bohong" atau "bertindaklah
secara adil" tidak perlu dipertimbangkan terlebih dulu apaka
hmenguntungkan atau tidak, disenangi atau tidak, melainkan selalu dan di mana
saja harus ditaati, entah apa pun akibatnya. Hukum moral mengikat mutalk semua
manusia sebagai makhluk rasional.
Menurut paham
etika deontologis, pendekatan etika teleologis (entah dalam bentuk egoisme,
eudaimonisme atau utilitarisme) yang menghubungkan kewajiban moral dengan
akibat baik atau buruk, justru merusak sifat moral.Tidak berbohong hanya kalau
itu menguntungkan si pelaku atau hanya bila itu membawa akibat baik yang lebih
besar dari akibat buruknya, akan merendahkan martabat moral.
Menurut Kant,
manusia barube rikap moral sungguh-sungguh apabilaia secara prinsip ia tidak
bohong, entah itu membawa keuntungan atau kerugian. Maka kaidah etika
deontologist bias dirumuskan sebagai berikut:
Betul-salahnya suatu sikap atau tindakan tidak tergantung dari apakah
sikap atau tindakan itu mempunyai akibat baik atau buruk, melainkan apakah
sesuai dengan norma-norma atau hukum moral atau tidak.
Tujuan filsafat
moral menurut Kant adalah untuk menetapkan dasar yang paling dalam guna
menentukan keabsahan (validitas) peraturan-peraturan moral.Ia berusaha untuk
menunjukkan bahwa dasar yang paling dalam ini terletak pada akal budi murni,
dan bukan pada kegunaan, atau nilai lain. Moralitas baginya menyediakan
kerangka dasar prinsip dan peraturan yang bersifat rasional dan yang mengikat
serta mengatur hidups etiap orang, lepas dari tujuan-tujuan dan
keinginan-keinginan pribadinya.Norma moral mengikat setiap orang di mana pun
dan kapan pun tanpa kecuali.Dasar moralitas mesti ditemukan dalam
prinsip-prinsip akalbudi (rasio) yang dimiliki secara umum oleh setiap
orang.Suatu sikap atau tindakan secara moral betul hanya kalau itu sesuai
dengan norma atau hukum moral yang dengan sendirinya mengikat setiap orang yang
berakal budi.
0 komentar:
Posting Komentar